Kamis 21 Apr 2016 02:42 WIB

Pendidikan Kejuruan di Indonesia Dinilai Masih Tertinggal

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Karta Raharja Ucu
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kiri) mengajar sejumlah siswa di SMK Negeri 1 Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/11).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kiri) mengajar sejumlah siswa di SMK Negeri 1 Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pendidikan kejuruan di Indonesia dinilai masih tertinggal. Menurut Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mujahid, kondisi saat ini membutuhkan tantangan dan peluang yang begitu gencar terhadap kualitas sumber daya manusia. Namun, hal tersebut belum diimbangi dengan keterampilan maksimal yang diperoleh dari pendidikan kejuruan.

Padahal, tantangan ekonomi global sudah di depan mata. "Saat ini jumlah pendidikan kejuruan tak sebanding dengan tantangan. Saya khawatir ada MEA (masyarakat ekonomi Asean) nanti kita bisa kalah," ujar Sodik usai menjadi pembicara pada Southeast Asia Leaders Summit (SEALS) 2016 di Gedung Graha Sanusi Kampus Unpad, Rabu (20/4).

Sodik mengatakan, reformasi pendidikan kejuruan di Indonesia masih minim. Karena, di kelas menengah, sumber daya manusia pendidikannya belum mengarah ke pematangan keterampilan. Tahap awal yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem kebijakan pendidikan nasionalnya. Namun, harus disokong oleh kebijakan pemerintah daerah.

Saat ini, kata Sodik, di Indonesia pendidikan berbasis keterampilan dan kejuruan belum menjadi hal yang utama. Baik dalam pendidikan tingkat menengah hingga tinggi. Kondisi tersebut, berbeda dengan pendidikan di Eropa. Di sana, pendidikan kejuruan di tiap tingkat memiliki perbedaan yang mencolok.

"Pendidikan di sana lebih memfokuskan pada kejuruan untuk memenuhi kebutuhan industri," katanya.

Keterampilan yang dimiliki SDM, kata Sodik, pasti akan mengurangi pengangguran. Menurutnya, tidak sedikit lulusan SMA bahkan perguruan tinggi yang menganggur, sedangkan lulusan SMK lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Untuk itu, dalam setiap pendidikan hendaknya diikuti dengan keterampilan khusus.

Sodik mengatakan, keterampilan khusus yang dimiliki sebaiknya bisa memicu timbulya iklim bisnis yang baru.

Sodik pun mengakui, saat ini minat generasi muda sudah mulai marak menjadi seorang pengusaha. Meskipun, minat terhadap politik dan birokrat minim, akan tetapi dengan semakin banyaknya pengusaha muda menjadi terobosan baru dalam penciptaan lapangan kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement