Rabu 20 Apr 2016 15:52 WIB

Remaja Kurang Pendidikan Seks, Ini Fakta Mencengangkan Dr Boyke

Rep: Adysha CR/ Red: Winda Destiana Putri
Pemilik Klinik Pasutri Dr Boyke Dian Nugraha
Foto: Republika/ Wihdan
Pemilik Klinik Pasutri Dr Boyke Dian Nugraha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin menatap sebelah mata terhadap pendidikan seks khususnya bagi anak. Padahal pendidikan seks pada anak dapat membantu anak untuk terhindar dari risiko pelecehan hingga penyimpangan seksual.

Seksolog ternama Indonesia dr H Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS menekankan pendidikan seks pada anak berbeda dengan mengajarkan anak melakukan seks.

Melalui pendidikan seks, anak akan lebih mengenali fungsi tubuhnya, menghindari apa yang seharusnya tidak dilakukan serta memahami konsekuensi dari tiap perbuatannya. Dengan begitu, anak akan dapat menjauhkan diri dari penyimpangan seksual dan menghindarkan diri dari bahaya pelecehan seksual.

Sayangnya, banyak orang tua yang merasa tabu atau tidak tahu bagaimana memberikan pendidikan seks yang tepat pada anak. Ketiadaan pendidikan seks yang tepat pada anak ini memungkinkan timbulnya rasa penasaran yang mereka jawab dengan cara yang tidak sesuai norma.

"(Pendidikan seks yang benar) bisa selamatkan anak dari pelecehan dan penyimpangan seksual," tegas dr Boyke saat ditemui dalam peluncuran buku Adik Bayi Datang Dari Mana? A to Z Pendidikan Seks Usia Dini di Gran Mahakam Hotel.

Berangkat dari kurangnya pendidikan seks, dr Boyke mengungkapkan angka seks pada remaja cenderung tinggi. Ada sekitar 40-60 persen remaja SMP dan SMA Indonesia yang telah melakuakn hubungan seks.

Pergaulan bebas yang terjadi pun mendorong jumlah aborsi yang tidak aman meningkat. Per tahun, lanjut dr Boyke, terdapat 2,3 juta prosedur aborsi yang dilakukan di Indonesia.

Sebagian dari 2,3 juta tindak aborsi tersebut dilakukan oleh remaja secara tidak aman, seperti di dukun beranak. Yang cukup memprihatinkan, dalam beberapa tahun ke depan jumlah tersebut dapat meningkat hingga 3 juta.

Maraknya tindak aborsi ini turut memberi 'sumbangsih' pada tingginya angka kematian ibu. Padahal, dengan jumlah dokter dan bidan yang cukup banyak di Indonesia, angka kematian ibu menurut dr. Boyke bisa ditekan.

Tak berhenti di situ, kurangnya pendidikan seks yang tepat sejak dini juga membuat angka penyebaran HIV-AIDS di Indonesia cenderung tinggi. Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, bukan tidak mungkin jika nantinya Indonesia akan menggeser Thailand dari posisi HIV-AIDS terbesar di Asia Pasifik.

"Mau jadi apa kalau nggak ada pendidikan seks di Indonesia. Indoensia bisa gantikan Thailand sebagai yang terbesar di asia pasifik, karena pertumbuhan HIV tinggi," jelas dr. Boyke.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement