Senin 11 Apr 2016 14:00 WIB

TB Hasanuddin, Anggota Komisi I DPR: Kalau TNI Menyerbu, Sangat Mampu

Red:

Mengapa TNI tidak bergerak membebaskan 10 WNI di Filipina, seperti yang dilakukan di Somalia?

Beda sekali antara kasus di Somalia yang perompaknya sendirian dan berada di tempat terbuka dengan Abu Sayyaf yang merupakan kelompok besar. Jadi, tidak bisa disamakan. Baru hari ini tentara Filipina masuk ke hutan untuk menyerbu, tapi 18 orang meninggal. Jadi, harus hati-hati.

Jadi harus seperti apa penanganannya?

Yang menentukan batas waktu kan mereka. Jadi, menangani perompak ataupun penyanderaan itu, harus tenang, jangan gugup, jangan tergopoh-gopoh, apalagi membuat statement yang membuat penyandera itu marah. Nanti kasihan, korbannya kan WNI.

Sekarang pemerintah sedang melakukan upaya-upaya. Kita serahkan saja pada ahlinya, jalur diplomasi, jalur negosiasi, dan jalur historis. Mereka sama-sama Muslim seperti kita dan berada di wilayah ASEAN. Jadi, jangan tergesa-gesa. Ini terus dinegosiasikan.

Apakah kelompok Abu Sayyaf punya kebiasaan menunggu dalam menyandera?

Tergantung kita, ngomongnya jangan keras, harus baik-baik.

Kemungkinan terburuk jika TNI harus turun langsung?

Kita harus menghitung banyak hal dan dilakukan secara detail. Bukan hanya keberanian melakukan penyerbuan, melainkan harus menghitung ada manusia yang dilindungi di sana. Kalau TNI suruh nyerbu ya mampu sekali, tapi tidak ada jaminan keselamatan WNI. TNI mungkin selamat, tapi mereka (sandera) kasihan.

Langkah pemerintah bagaimana sejauh ini?

Saya kira sudah bagus dan tidak panik. Tidak usah terlalu banyak gaduh. Diselesaikan dengan diam-diam dan saya yakin bisa. Ini harus rahasia, jangan sampai terkesan ada upaya melakukan kekerasan. Oleh Eko Supriyadi, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement