Ahad 10 Apr 2016 19:08 WIB

Rajab Gerbang Menuju Ramadhan

Red: operator

Rajab,Sya'ban, Ramadhan, ketiga bulan tersebut saling berurutan. Pasti, ada hikmah disana. Setidaknya, deretan bulan itu mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ra madhan. Langkah-langkah persiapan itu, sebut Syekh Fadi Muhammad Yasin, dalam makalahnya yang berjudul 30 Langkah Persiapan Rama dhan di Rajab dan Sya'ban, penting ditempuh untuk memaksimalkan ibadah, terutama sepanjang Ramadhan. 

Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang. Murid yang berhasil lulus ujian, jauh-jauh hari, ia telah bersiap diri menghadapi tes kelulusan itu. 

Keutamaan persiapan diri itu, ungkap Syekh Fadi, tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini seperti yang pernah diwanti-wanti Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Nasai. Hadis itu menyatakan, tak sedikit mereka lalai akan ke utamaan Rajab dan Sya' ban untuk menghadapi Ramadhan. 

Kedua bulan itu, terlebih Sya' ban, adalah bulan tat kala segenap amalan langsung di angkat ke hadapan Allah SWT. Dan, Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya'ban dan Ramadhan. 

Penekanan ibadah itu, kata Syekh Fadi, memang bukan berarti hanya berfokus di tiga bulan itu. Melainkan, intensitas ibadah di ketiga bulan tersebut memiliki dampak yang luar biasa, yakni pemaksimalan Ramadhan. Karena itu, hal mendasar yang mesti dilakukan ialah manajemen niat. Perbarui lah niat selalu.

Niat yang terbarukan akan membantu mendongkrak semangat. 

Perbanyak puasa di Rajab dan Sya'ban.

Secara khusus, anjuran-anjuran tertentu, berikut keutamaan berpuasa Rajab, memang beberapa hadisnya dikategorikan lemah. Tapi, berpuasa di Rajab bisa merujuk kepada landasan secara umum hadis-hadis berpuasa di bu lan-bulan mulia (asyhur al hurum). Seperti riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad. "Berpuasalah pada bulan- bulan haram," sabda Rasul. 

Sedangkan, berpuasa Sya'ban, ini tak lagi bisa diragukan. Hal ini sebagaimana di sebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah RA. Rasulullah paling tampak berpuasa sunah di bulan Sya'ban.

Ada banyak prediksi maksud di balik pelaksanaan puasa pada bulan tersebut. Puasa itu dilakukan se bagai persiapan dan pemanasan menghadapi Ramadhan.

Opsi lain menyebutkan bahwa Rasulullah melakukannya untuk menemani istrinya yang mengganti puasa Ramadhan di Sya'ban. 

Tetapi, menurut Ibnu Hajar, analisis paling kuat merujuk pada hadis Usamah bin Zaid, yakni puasa Sya'ban termasuk anjuran Rasulullah.

Pasalnya, amalan itu sering terlupakan.

Kegiatan berikutnya untuk menyambut Ramadhan sejak Rajab ialah berbagi kabar gembira dan memotivasi sesama. Ini bisa dilakukan dengan bertukar informasi perihal keutamaan Ramadhan. 

Rasulullah juga sering menerapkannya kepada para sahabat. Misalnya saja dalam hadis riwayat Nasai. "Telah datang kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu langit dibuka, dan pintu neraka ditutup." 

Tingkatkan frekuensi penempaan spiritual dari sekarang. Ramadhan adalah sekolah sekaligus kawah candradimuka bagi orang- orang yang bertakwa. Pembiasaan sejak dini akan mempermudah program ibadah sepanjang Ramadhan, mulai dari hal-hal yang kecil, seperti menjauhi perkataan nista. Jika tak dihindari, ucapan-ucapan yang tak pantas itu bisa merusak pahala Ramadhan. Ini seperti hadis riwayat Bu khari. 

Sambung dan jaga silaturahim. Ada banyak faedah di balik memperkuat tali silaturahim.

Menyambung silaturahim akan memperbanyak rezeki dan menjadikan umur bertambah berkah. Bersilaturahim juga akan mengikis kesalahan-kesalahan yang pernah di perbuat.

Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, kondisi diri telah siap dan bersih. 

Selanjutnya, kata Syekh Fadi, jangan lupa segera bayar utang puasa Ramadhan yang terlewat. Para ulama sepakat, hendaknya seseorang membayar utang puasa wajib terlebih dahulu, sebelum menunaikan puasa sunah. 

Dan, tak kalah penting, ujar Syekh Fadi, biasakan bersedekah dari sekarang. Pahala tiap amalan selama Ramadhan akan dilipatgandakan, tak terkecuali bersedekah. Ini antara lain bisa dimulai dengan membiasakan diri memberikan makanan bagi fakir miskin. 

Berbagi makanan, terlebih untuk berbuka, sarat dengan pahala.

Seperti dinukilkan diriwayat Zaid bin Khalid al- Juhni RA, Rasul menegaskan, sedekah berupa pemberian menu berbuka tersebut diganjar dengan pahala puasa dari penerima sedekah. "Tanpa kurang sedikitpun," sabda Rasul. 

 

Bulan Rajab laksana terminal utama untuk pemberhentian berikutnya, yakni Sya'ban dan Ramadhan.

Oleh Nashih Nasrullah 

[email protected] 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement