Rabu 06 Apr 2016 16:46 WIB

60 Persen Masyarakat Indonesia tak Sadar Idap Diabetes

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Diabetes
Diabetes

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Diabetes melitus (DM) masih menjadi persoalah kesehatan serius dunia. Bahkan Indonesia merupakan negara keempat dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.

Jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama untuk DM tipe 2. 

Data WHO memperkirakan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang.

"Tapi lebih dari 60 persen pengidap diabetes tidak sadar kalau mereka terkena diabetes. Kebanyakan datang ke dokter dalam kondisi sudah komplikasi," ungkap Ahli Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr. Bowo Pramono, Rabu (6/4).

Melihat kondisi ini, Bowo menekankan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih mengenali gejala diabetes sedini mungkin.

Setidaknya saat ini terdapat tiga gejala klasik diabetes yang dikenal dengan istilah 3P, yaitu poliuri atau sering buang air kecil, polifagi atau sering merasa lapar, dan polidpsi atau sering merasa haus. Disamping itu pengidap diabetes mengalami penurunan berat badan tanpa disertai dengan sebab yang jelas.

"Gejala-gejala ini memang kerap tidak diperhatikan sebagai keadaan yang harus dikhawatirkan. Sehingga tidak ada langkah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter," tutur Bowo menyambut peringatan Hari Kesehatan Sedunia Kamis (7/1) besok.

Dalam peringatan hari kesehatan sedunia tahun ini WHO mengangkat tema upaya pengentasan diabetes. Meskipun diabetes bukan penyakit yang mematikan. Namun penyakit yang timbul akibat peningkatan kadar gula dalam darah ini bisa mengakibatkan kematian apabila terjadi komplikasi.

"Karenanya screaning diperlukan dengan rajin check up setahun sekali," papar Bowo.

Ia menuturkan, untuk menekan risiko terkena diabetes, masyarakat disarankan agar lebih memperhatikan kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat. Antara lain melalui pola makan yang sesuai kebutuhan dengan komposisi nutrisi seimbang dan melakukan olahraga secara rutin.

"Pencegahan primer dilakukan dengan menjaga agar orang yang berisiko diabetes tidak sampai terkena diabetes karenanya perlu dilakukan skrining," ujar Kepala SMF/KSM Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito ini.

Sementara pencegahan sekunder dilakukan agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut. Pasalnya, jika DM tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan komlikasi kronis seperti stroke, serangan jantung, gangguan syaraf tepi, sampau amputasi.

Begitu pula dengan pencegahan tersier perlu dilakukan agar penderita diabetes yang terkena komplikasi tidak mengalami cacat, amputasi, bahkan kematian.

"Karenanya program edukasi dan sosialisasi akan gejala, upaya pencegaha, dan pengelolaan diabetes ini sangat dibutuhkan untuk menekan prevalensi diabetes secara nasional," ujar Bowo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement