Selasa 05 Apr 2016 15:03 WIB

Pengalaman Menteri Agama Saat Hadapi UN

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Dwi Murdaningsih
 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin disela-sela memantau pelaksanaan Ujian Nasional hari pertama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta, Senin (4/4). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin disela-sela memantau pelaksanaan Ujian Nasional hari pertama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta, Senin (4/4). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pernah merasa was-was menghadapi ujian nasional saat sekolah dahulu. Madrasah tempatnya bersekolah juga tidak mewah, Lukman sempat bersekolah di madrasah yang masih beralaskan tanah, bahkan masih beratap genting saat hujan bocor.

"Dulu saya sekolah di Madrasah yang kondisinya saya lihat lebih baik madrasah yang ada saat ini, kelasnya tanah, tegel saja tidak ada, apalagi keramik, tidak ada internit langsung genteng dan banyak yang bocor, kalau hujan sibuk tarik meja sana sini," ujar dia di tengah sambutan di Madrasah Raudhatul Jannatin Naim, Pademangan Barat, Selasa (5/4).

Menjelang UN pun merasa khawatir karena nilai UN menjadi penentu kelulusan. Apalagi di pondok pesantren ujian tidak hanya dilakukan tertulis tetapi juga dengan lisan.   

Ditengah kendala yang ada, Lukman berharap madrasah saat ini tetap selalu bersyukur. Sehingga UN yang berlangsung dapat berjalan lancar sampai selesai dan tidak ada laporan murid madrasah yang berbuat curang.

Untuk mengantisipasi berbuat curang, salah satu madrasah membuat pakta integritas. Madrasah Muddatsiriyah menyiapkan surat perjanjian bermaterai yang ditandatangani peserta UN untuk tidak melakukan kecurangan.

"Jika siswa kami terbukti berbuat curang maka akan didiskualifikasi, dibuktikan dengan pakta integritas bermaterai," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement