Jumat 01 Apr 2016 20:17 WIB

Kasus Henti Jantung, Paramedis Didorong Kuasai ACLS

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Irfan Fitrat
Peserta mengikuti simulasi saat pelatihan
Foto: Dokumen
Peserta mengikuti simulasi saat pelatihan "Advanced Cardiac Life Support" (ACLS) di Hotel Dafam, Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Kasus henti jantung (cardiac arrest) masih menjadi salah satu penyebab utama kematian, baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, kasus henti jantung pada usia 45 hingga 54 tahun menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Indonesia, setelah stroke dan diabetes melitus.

"Inilah yang menjadi perhatian para stakeholder kesehatan jantung dalam menangani kasus henti jantung ini," kata pakar kardiovaskular, dr Sefri Novianti Sofia,, dalam keterangannya, Kamis (31/3).

Karena itu, Sefri mengatakan, penting bagi tenaga kesehatan, yang berkaitan langsung dengan kesehatan jantung, menguasai berbagai penanganan terhadap pasien sebelum terjadi henti jantung. Terkait dengan hal itu, Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang bersama Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), menggelar pelatihan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) di Hotel Dafam, Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini. Pelatihan tersebut dikhususkan bagi paramedis.

Sefri, yang menjadi pemateri dalam kegiatan itu, mengatakan, pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan paramedis dalam penanganan pasien sebelum terjadinya henti jantung. Saat pelatihan, peserta diajari cara mengidentifikasi kondisi medis henti jantung, serta cara penanganannya. Selain itu, diajarkan juga Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan teknik mengembalikan fungsi pernapasan. 

Menurut Sefri, ACLS ini dirancang sedemikian rupa untuk membantu menyelamatkan pasien. "Kita ajarkan peserta untuk mengenali dan melakukan pengelolaan dini terhadap kondisi sebelum henti jantung atau mempersulit resusitasi (tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas)," kata dia. 

Dengan memiliki kemampuan ACLS, Sefri mengatakan, setiap paramedis diharapkan mampu memberikan pertolongan maupun penanganan yang tepat dalam membantu pasien. Hal ini diamini ketua panitia pelatihan ACLS RSI Sultan Agung Semarang, dr Sri Berdi Karyati. Dalam pelatihan, peserta diajak untuk melakukan simulasi skenario klinis, berdiskusi, dan bermain peran dalam penanganan kasus. Dengan begitu, ia berharap, para peserta dapat menyerap ilmu dan pelbagai pengetahuan tentang ACLS, sekaligus bisa meningkatkan kapasitasnya sebagai paramedis dalam membantu para pasien. "Ini yang memotivasi RSI Sultan Agung dan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dalam menyelenggarakan peningkatan yang berkaitan langsung dengan kasus henti jantung ini," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement