Rabu 16 Mar 2016 11:21 WIB

Industri Didorong Buat Label Kemasan yang Mudah Dipahami Publik

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Membaca label kemasan pangan sebelum membeli produk saat dianjurkan demi keamanan pangan.
Foto: AP
Membaca label kemasan pangan sebelum membeli produk saat dianjurkan demi keamanan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, Direktur Standardisasi Produk Pangan BPOM, Ir. Tetty H. Sihombing, MP menjelaskan identitas sebuah label sangat penting, terlebih apabila semua keterangannya ditulis dengam lengkap. Sebelum label pangan diedarkan juga penting memperhatikan 12 digit nomor izin edar dari BPOM.

"Format tulisan saran penyajian maupun informasi nilai gizi harus jelas, tidak boleh terlalu kecil sehingga membuat konsumen malas membaca," katanya.

Untuk produk pangan yang mengandung babi sendiri, juga harus diberikan label berupa gambar babi. Bukan hanya sekadar tulisan, agar tidak terjadi kesalahpahaman antara produsen maupun konsumen atau pembeli.

Selain itu, Tetty juga mengungkapkan saat ini diketahui hanya ada 89 persen konsumen yang memperhatikan hal-hal terkait keamanan pangan secara detail. Sementara sisanya masih belum terlalu peduli akan produk pangan yang mereka beli.

"Untuk itu, BPOM tidak bosan menggali intervensi masyarakat terkait hal ini. Umumnya mereka hanya memperhatikan tanggal kadaluarsa dan ketentuan halal atau tidaknya saja, padahal kan tidak hanya itu saja," jelas dia.

Terkait sikap dan perilaku masyarakat atau konsumen tersebut, Guru Besar Perilaku Konsumen IPB, Prof Dr. Ir. Ujang Sumarwan, Msc menambahkan, oleh sebab itu produsen pangan seharusnya juga harus membantu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya membaca label kemasan. Terlebih terkait dengan kebutuhan pangan bagi keluarga khususnya anak-anak.

"Label sangat membantu konsumen sebagai pertimbangan untuk membeli sebuah produk. Jadi, untuk memudahkan dan menarik konsumen membaca informasi pada label sebaiknya label kemasan harus dikemas semenarik mungkin, dengan format tulisan dan bahasa yang jelas. Bukan bahasa kedokteran dan farmasi yang sulit dimengerti masyarakat awam," tutup Ujang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement