Rabu 02 Mar 2016 08:34 WIB

Sepertiga Wanita Enggan Konsultasi dengan Dokter

Rep: c34/ Red: Andi Nur Aminah
Konsultasi masalah kesehatan pada dokter/ilustrasi
Foto: sheknows.com
Konsultasi masalah kesehatan pada dokter/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Melakukan konsultasi medis dengan dokter ketika mengalami masalah kesehatan fisik atau mental adalah hal yang sangat penting. Namun, sebuah studi baru mengungkapkan bahwa sepertiga dari wanita merasa enggan membahas masalah kesehatan dengan dokter.

Studi terhadap 2.000 perempuan di Inggris itu dilakukan oleh badan amal Ovarian Cancer Action. Survey dimulai dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Ovarium yang berlangsung sepanjang Maret.

Sejumlah alasan dipaparkan para wanita mengapa mereka tidak jujur tentang masalah kesehatan. Dilansir Huffingtonpost, sebanyak 55 persen wanita merasa malu, sebanyak 44 persen takut dianggap berlebihan. Sebanyak 35 persen lagi merasa tidak akan dianggap serius, dan 26 persen lain merasa tidak dipahami.

Setelah hasil itu didapatkan, badan tersebut segera meluncurkan kampanye bertajuk Speak Up, Listen Up!. Tujuannya, untuk mendorong perempuan mendengarkan tubuh mereka dan berbicara tentang kesehatan mereka.

Keengganan perempuan mendatangi dokter bukan hanya disebabkan oleh faktor keengganan berbicara. Lebih dari seperempat  perempuan yang diteliti (25,3 persen) terlalu sibuk bekerja. Sedangkan lebih dari sepertiga (38 persen) sibuk mengurus keluarga.

Akan tetapi, bahkan setelah mengunjungi dokter, satu dari lima wanita mengatakan apa yang dikatakan dokter bertentangan dengan insting mereka. Sementara, sebanyak 10 persen mengatakan menerima diagnosis begitu saja tanpa pertanyaan.

Chief Executive Yayasan Amal Ovarian Cancer Action, Katherine Taylor, menganggap keengganan perempuan bicara soal kesehatannya sangat mengkhawatirkan. Bahkan, para perempuan yang disurvey tidak mengetahui gejala umum kanker ovarium seperti kembung terus-menerus, sering buang air kecil, nyeri perut, dan merasa kenyang lebih cepat. "Kita perlu mendorong perempuan agar merasa diberdayakan dan mau berbicara serta memastikan mereka mewaspadai beberapa jenis penyakit yang gejalanya tersamar," kata Taylor.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement