Selasa 01 Mar 2016 20:21 WIB

Toyota Ubah Strategi Bisnisnya

Toyota
Foto: AP Photo/Shuji Kajiyama,
Toyota

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Meski telah menyandang predikat sebagai produsen kendaraan terbesar dunia, gelar itu tidak membuat Toyota Motor Corp. berpuas diri. 

Raksasa otomotif Jepang ini berhasil memproduksi 10 juta unit kendaraan dalam dua tahun terakhir. Namun, hal itu justru mendorong Toyota untuk melakukan reorganisasi bisnisnya agar lebih efisien dan efektif lagi. 

Menurut sebuah sumber yang mengetahui hal itu, kemungkinan Toyota akan memfokuskan diri memproduksi kendaraan kompak atau sedan, unit lainnya akan memfokuskaan diri membuat kendaraan komersial ataupun pengembangan bisnis.   Presiden Toyota Motor Corp. Akio Toyoda menghendaki perusahaan yang dipimpinnya itu lebih fokus memproduksi kendaraan sesuai ukuran maupun tipe. 

Dahulu tumbuh besar adalah bagus dan itulah yang membuat Toyota  melakukan ekspansi bisnis. "Tapi kini, pada satu titik menjadi terlalu besar, bukanlah suatu yang baik," kata salah seorang petinggi Toyota Motor Corp, akhir Februari lalu. 

Selama ini, Toyota memiliki unit bisnis pengembangan pasar, dan unit yang mengembangkan mesin maupun transmisi. Perubahan itu dikhawatirkan dapat menimbulkan kebingungan bagi karyawan. Mereka menghendaki perubahan dilakukan lebih cepat. 

Selain Toyota, saat ini di dunia ada dua raksasa otomotif yang membukukan produksi kendaraan hingga 10 juta unit pertahunnya, yakni GM dan Volkswagen AG. Namun, ketiga perusahaan tersebut tersandung berbagai persoalan bisnis dan keuangan terkait produknya yang tidak mudah diselesaikan. 

Tahun 2009, Toyota harus bertanggung jawab atas gangguan pada perangkat akselerasi kendaraan. Hal ini memaksanya menarik 1,2 juta produknya dan dilakukannya penyelidikan federal di AS atas kasus tersebut.  GM pada tahun 2014 juga harus menarik sejumlah unitnya dipasaran menyusul adanya gangguan pada sistem pengapian. Gangguan ini meminta korban tewas hingga 120 orang.

Sedangkan Volkswagen AG yang sempat menjadi produsen otomotif terbesar dunia 2014, kini harus berurusan dengan aparat hukum di sejumlah negara. Menyusul ditemukannya pemalsuan hasil uji emisi produk mesin dieselnya di AS dan sejumlah negara lain.   

sumber : The Wall Street Journal
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement