Selasa 23 Feb 2016 11:00 WIB

RESENSI- Belajar Manajemen Risiko dari Pengalaman

Red:

Dalam pengambilan keputusan, selalu ada peluang yang perlu diperjuangkan, meski terlihat nekat. Hanya saja, dalam segala keputusana yang diambil juga selalu ada risiko siap mengintai di belakang. Menilai dari risiko yang akan didapatkan ketika memutuskan, Dr Prasetio, direktur utama Peruri, yang sudah berkecimpung lama dalam bidang manajemen risiko membagikan pengalamannya.

Sukses meluncurkan buku pertama dengan judul Dilema BUMN, Benturan Penerapan Business Judgment Rule (BJR) dalam Keputusan Bisnis Direksi BUMN pada 2014, Pras, sapaan dari Prasietio, kembali mencoba membagi pengalaman tentang manajemen risiko yang melekat dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 

Dalam buku dengan judul It Goes Without Saying, Pengalaman Membangun Risiko Melekat di BUMN, dijelaskan seputar trik dan tips mencoba membangun manajemen risiko sejak dia terlibat dalam BUMN. Pras terlihat menguasai permasalahan seputar risiko dan cara paling aman untuk menanganinya.

Buku ini, menurut penilaian Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, dapat membantu direktur BUMN lain mempertimbangkan tentang manajemen risiko."Risiko itu bukan masalah boleh atau tidak boleh, tapi lebih pada apa manfaatnya. Mas Pras lebih berpikir mengambil risiko kecil yang penting ada manfaatnya," kata dia.

Mempertimbangkan risiko, menurut Rudi, memang terkesan lambat dalam memutuskan. Tapi,  tidak bisa dimungkiri, adanya perhitungan dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam risiko, menjadi perlu diterapkan di semua BUMN untuk kehati-hatian dalam berbisnis.

Ia menilai, kehadiran buku ini menjadi penting dalam ranah perbukuan manajemen risiko di Indonesia. Buku Pras dinilai sarat dengan pengalaman dan dapat menginspirasi jalannya BUMN yang banyak menghadapi tantangan.

Mendapatkan pengharapan besar menumbuhkan kesadaran manajemen risiko dalam perusahaan, buku yang ditulis oleh mantan direktur di BUMN PT Merpati Nusantara Airlines, memberikan satu alternatif baru dalam menjabarkan manajemen risiko. Pras membalut teori seputar manajemen risiko melalui pengalamannya berekcimpung tiga kali dalam BUMN, sehingga kemampuannya dalam bidang tersebut seakan tak diragukan lagi. Apalagi, dengan bahasa yang cukup ringan, materi yang disampaikan dalam buku lebih mudah dipahami dan tidak membuat kebingungan.

Pras menjelaskan, isi buku yang baru dicetak pada Desember 2015 berasal dari hasil-hasil pertimbangan dan keputusannya yang dia catat dalam sebuah buku. Buku tersebut menjadi pegangan yang tidak bisa dilepaskan ketika rapat-rapat direksi dan pengambilan keputusan dilakukan.

"Setiap saya mengambil keputusan selalu ditulis dalam buku, buku yang ada sudah mencapai lima hingga enam," ujar Prasetio.

Kebiasaan mencatat segala langkah dan keputusan yang diambil telah diterapkan selama 20 tahun masa kariernya di dunia perbankan. Ketika akhirnya diajak bergabung dalam PT (Persero) Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), Pras terus melanjutkan pertimbangan sadar risiko dalam yang memang mulai diterapkan. Fakta-fakta tidak luput disampaikan untuk mendukung teori yang dibahas, sehingga mendukung penjabaran tentang pengalaman pengelolaan risiko yang pernah Pras tangani.

Laiknya buku teks manajeman risiko, buku ini juga memaparkan pelbagai teori awal mengenai dasar manajemen risiko. Hanya saja, yang menjadi pembeda dari buku teks biasa, karya mantan executive vice president Risk Management and Legal Compliance Telkom adalah penggambaran membangun dari nol seputar manajeman risiko dalam BUMN. Bagimana Pras memimpin dan merintis dari tangga terbawah membangun tim manajemen risiko dapat menjadi inspirasi bagi lainnya.

N c27 ed: nina chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement