Rabu 17 Feb 2016 15:32 WIB

Ini yang Terjadi Saat Obati Diabetes dengan Semut Jepang

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Indira Rezkisari
Pemeriksaan kadar diabetes
Foto: pixabay
Pemeriksaan kadar diabetes

REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan semut Jepang untuk mengobati diabetes sempat jadi fenomena. Serangga tersebut dipercaya bermanfaat menurunkan kadar gula darah pengidap diabetes.

Namun dosen penyakit dalam subbagian endokrin Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr. R.Bowo Pramono menyampaikan, semut Jepang belum bisa dipastikan dapat memberi manfaat dan aman bagi pengobatan diabetes.

Pasalnya, hingga saat ini belum ada bukti secara ilmiah terkait manfaat semut jepang sebagai obat diabetes. "Belum ada uji secara ilmiah atau uji klinis akan manfaat semut Jepang ini untuk kesehatan manusia termasuk pengobatan bagi penderita diabetes," paparnya.

Bowo mengemukakan, dalam terapi diabetes, pengobatan ditujukan untuk menurunkan kadar gula yang tinggi di dalam darah. Terdapat berbagai terapi yang bisa dilakukan untuk penderita diabetes, seperti terapi insulin. Bisa juga melalui pemberian obat-obatan untuk menurunkan kadar gula yang masuk dari makanan ke dalam tubuh.

Bowo menuturkan, saat mengonsumsi semut Jepang, seseorang akan mengalami rasa mual dan tidak mau makan. Dengan begitu otomatis kadar gula darah turun. "Mungkin prinsip ini yang dipahami dalam terapi semut Jepang," papar pria yang juga menjabat sebagai Kepala SMF/KSM Penyakit Dalam RS Dr. Sardjito.

Sementara, terkait berita pasien yang ususnya rusak, hancur, serta bernanah karena konsumsi semut Jepang, Bowo mengatakan masih diperlukan penelitian secara mendalam terkait hal itu. Terdapat berbagai macam kemungkinan yang bisa menyebabkan kejadian tersebut.

"Umumnya kalau sudah terkena enzim di usus semut bisa mati. Namun, jika semutnya kuat dan tidak mati kemungkinan bisa merobek usus di sana-sini, tapi bisa juga memang ususnya sudah rusak bukan karena makan semut ini," urainya.

Menurutnya diabetes tidak dapat disembuhkan. Tetapi bisa dikendalikan dengan terapi insulin maupun obat-obatan. Selain itu, perlu juga menjalani gaya hidup sehat. Antara lain dengan makan teratur sesuai kebutuhan, menjaga komposisi nutrisi yang seimbang, serta melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.

Bowo mengimbau masyarakat agar lebih memperhatikan metode pengobatan herbal dalam mengobati penyakit diabetes. Bahkan harus memastikan terlebih dahulu, apakah pengobatan tersebut sudah terbukti secara ilmiah kemanfaatannya atau belum. "Silakan melakukan pengobatan herbal.  Namun, perlu diperhatikan bahwa pengobatan itu sudah teruji secara ilmiah," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement