Selasa 26 Jan 2016 17:54 WIB

Fotografi Arsitektur Sebagai Sarana Komunikasi

Fotografi Arsitektur
Foto: Dok: UMJ
Fotografi Arsitektur

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ari Widyati Purwantiasning (Arsitek, Dosen Jurusan Arsitektur FT Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Setiap manusia membutuhkan komunikasi untuk menyampaikan pesan maupun berita dalam bahasa sehari-hari. Perkembangan komunikasi sangat nyata terlihat sesuai dengan perkembangan teknologi. Pada jaman dahulu, manusia hanya perlu menggunakan bahasa insyarat sebagai penyampaian pesan.

Kemudian dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ditemukanlah abjad yang kemudian tersusun menjadi kata-kata dan kalimat. Seiring dengan waktu, maka komunikasi antara pemberi pesan dan penerimanya juga difasilitasi dengan berbagai alat sebagai sarana dan media dalam penyampaian pesan.

Komunikasi dengan menggunakan alat sebagai sarana penyampaian pesan tersebut dikenal juga sebagai komunikasi media. Selama berlangsungnya proses komunikasi media tersebut terdapat beberapa teknik dan metode yang digunakan oleh seorang komunikator atau penyampai pesan sesuai dengan tujuan diadakannya komunikasi tersebut.

Dalam bidang arsitektur, berbagai metode dan teknik digunakan dalam usaha untuk menyampaikan pesan seorang arsitek kepada kliennya sehingga kedua belah pihak menemukan titik temunya. Pesan yang disampaikan oleh arsitek tersebut adalah berupa ide-ide dan gagasan karya arsitektural yang telah dihasilkan oleh arsitek. 

Sehingga segala keinginan dan kebutuhan sang klien dapat terpenuhi dan gagasan serta ide arsitek juga dapat diterima setelah keduanya mencapai kata sepakat dalam bernegosiasi.

Di dalam komunikasi arsitektur, dikenal berbagai media yang dapat digunakan sebagai alat penyampaian ide-ide dan gagasan si arsitek. Beberapa media tersebut di antaranya adalah gambar hasil penuangan ide-ide dan gagasan tersebut baik berupa sketsa kasar maupun gambar kerja, gambar-gambar visualisasi dari disain dalam bentuk tiga dimensi baik sketsa perspektif maupun dengan menggunakan teknologi komputer, dan visualisasi dalam bentuk fotografi.

Biasanya fotografi arsitektur digunakan untuk menampilkan sebuah image dan karya besar arsitektural dari perancang sebagai bahan studi banding maupun referensi. Dalam proses komunikasi arsitektur itu sendiri dikaitkan dengan apa yang disebut sebagai imaginasi dimana di dalamnya melibatkan mata, benak atau pikiran dan juga tangan. Ketiganya akan bergabung dalam menciptakan suatu jaringan proses dan menghasilkan gagasan-gagasan yang belum ada dalam pikiran kita.

Di dalam penuangan gagasan-gagasan inilah, fotografi arsitektur berperan banyak dalam proses komunikasi baik komunikasi di dalam diri si arsitek sendiri maupun komunikasi antara arsitek dengan si klien.

Pengertian dari istilah fotografi arsitektur itu sendiri ternyata cukup kompleks. Kriteria yang baku agaknya terlalu sulit diterapkan. Hasil fotografi dapat berarti arsitektur tetapi dalam konteks dan situasi yang berbeda dapat berarti lain. Pendekatan yang paling mengena adalah jika fotografer membuat dokumentasi dari suatu obyek interior atau eksterior dari hasil karya seorang arsitek, maka hasil fotonya akan merupakan fotografi arsitektur.

Estetika dari hasil fotografi tersebut tidaklah terlalu penting, tetapi kejelasan dari hasil rancangan yang tercatat itu lebih penting. Keahlian fotografer dalam mengabadikan hasil karya arsitektur terlihat dari hasil yang bukan sekedar suatu dokumentasi. Bila memungkinkan justru detail-detail dari ide-ide dan gagasan si arsitek tentunya harus dapat terbaca melalui hasil bidikan fotografer.

Fotografi arsitektur merupakan hasil karya dokumentasi yang dapat menampilkan tidak hanya kepentingan dokumentasi namun juga estetika dalam hal arsitektural, seni, ekspresi, komunikasi, etika, imaginasi, abstraksi, realita, emosi, harmoni, drama, waktu dan kejujuran serta dimensi yang tersirat.

Sama seperti halnya fotografi biasa, fotografi arsitektur juga mengenal pencahayaan dan komposisi. Fotografi itu pada dasarnya melukis dengan cahaya, baik cahaya alami maupun cahaya buatan. Terkadang kita perlu menambahkan filter lensa agar hasilnya lebih dramatis atau juga menggunakan perspective correction supaya bangunan tetap terlihat tegak lurus.

Dengan adanya media fotografi arsitektur inilah maka, ide-ide dan gagasan sebuah karya arsitektural dapat dikomunikasikan. Secara dramatikal, sebuah fotografi arsitektur dapat berbicara banyak dalam mengkomunikasikan gagasan arsitek yang tertuang di dalamnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement