Jumat 15 Jan 2016 11:00 WIB

Ismail, Pendiri Rektor Institute: Cetak Intelektual dengan Nilai Spiritual

Red:

Ismail, 23 tahun, pernah merasakan istimewanya pendidikan tinggi di tengah keterbatasan ekonomi. Ia pun ingin membaginya kepada anak-anak lain melalui lembaga bimbingan belajar, namun dengan pendekatan yang lebih bermakna, yaitu agama.

Lalu, bagaimana pria asal Makassar ini memulai usaha lembaga bimbingannya hingga menerima penghargaan juara pertama Bank Syariah Mandiri Santripreneur Award 2015 (BSA 2015)? Ia sempat berbagi kisah dan kiat bisnisnya kepada wartawan Republika, Fuji Pratiwi, beberapa waktu lalu.

***

Awal 2010, Ismail hijrah dari Bone ke Makassar.Tak hanya mengemban ilmu di pendidikan tinggi, tapi ia juga mencari kerja untuk membantu keluarganya. Secercah harapan pun muncul pada 2012 ketika pemerintah memiliki program Beasiswa Pelajar Miskin Berprestasi (Bidik Misi). Ismail pun mendaftarkan diri demi terus mengejar cita-citanya.

Sayangnya, kiriman beasiswa dari pemerintah itu tersendat hingga ia putar otak untuk bisa terus kuliah sambil membantu keluarganya. Ia pun menjadikan uang beasiswa modal bisnis es teler pada April 2012 yang akhirnya harus berakhir enam bulan kemudian. Usaha es teler itu juga ia lakoni sendiri, mulai dari belanja ke pasar hingga berjualan.

Bukan karena bangkrut, tapi ia kewalahan karena laku hingga membuat ia kelelahan. "Khawatir juga berimbas ke IPK dan pencabutan beasiswa. Saya cari usaha lain yang cocok dengan jadwal kuliah, bimbingan belajar dari rumah ke rumah," tutur Ismail.

Agensi tutor bimbingan belajar privat inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Rektor Institute. Ia ingat betul, sulit sekali mencari anak didik. Pada akhir 2012, salah satu dari dua siswa bimbingannya adalah anak dokter di sebuah rumah sakit di Makassar.

Ibu siswa itu menceritakan kepada rekan-rekannya yang lain tentang kondisi akademis anaknya lebih baik setelah diajar Ismail. Dari sana Ismail mulai banyak menerima tawaran mengajar. Karena sudah tidak bisa ditangani sendiri, Ismail mengajak teman-temannya hingga mencapai 12 pengajar pada 2013. Ismail pun mulai mengembangkan usahanya.

Ia memberanikan diri menggarap pendampingan siswa kelas 12 yang bersiap ujian masuk fakultas kedokteran. Pembinaan karakter seperti shalat Dhuha, Tahajud, dan puasa Senin-Kamis di asrama dijalankan. "Karena usaha saja tidak cukup, perlu penguatan ruhiyah juga. Proyek itu membuahkan hasil sekitar Rp 100 juta," kenang Ismail.

Dari situ, Ismail berhasil memberangkatkan ibunya untuk berumrah. Kembali dari Tanah Suci, ia rasakan usahanya makin berkah dengan menggunakan sistem daring, kantor sendiri, dan punya tiga cabang. Saat ini Rektor Institute telah memiliki sudah memiliki tiga kantor di Makassar dengan 42 tenaga tetap. Saat musim ujian masuk perguruan tinggi tiba, Rektor Institute bisa merekrut ratusan orang.

Rektor Institute punya program bimbingan persiapan masuk perguruan tinggi untuk siswa kelas 12 dan program kemahiran bahasa Inggris. Biayanya bervariasi antara Rp 350 ribu hingga Rp 3,8 juta per paket.

Pertumbuhan rata-rata tahunan Rektor Institute pada 2013-2015 di atas 100 persen. Pada 2016 ini, Ismail masih menargetkan pertumbuhan Rektor Institute di atas 100 persen dengan dua ribu siswa.

Rektor Institute juga punya program beasiswa. Saat ini ada 12 mahasiswa penerima manfaat program ini mendapat dukungan finansial, pembekalan kepemimpinan, dan biaya buku. Selain Makassar, Ismail sudah mulai merencanakan ekspansi ke kota lain. Untuk jangka panjang, Ismail ingin Rektor Institute jadi universitas.

Berbasis syariah

Pada 2015, Rektor Institute yang berbasis dan beroperasi di Makassar, Sulawesi Selatan, menetapkan operasional perusahaan dijalankan berbasis syariah. Mereka jadi perusahaan bimbingan belajar pertama yang menjalankan basis seperti itu.

Karena itu, pola penguatan spiritual diterapkan di internal manajemen dan jasa yang mereka tawarkan. Di internal, tim manajemen diwajibkan menjalankan kewajiban sebagai Muslim. Meski sistem pembayaran belum menggunakan jasa perbankan syariah, sistem keuangan Rektor Institute sudah menjalankan sistem bagi hasil. Sementara, kepada peserta bimbingan, mereka mengajak untuk memperkuat ibadah sunah seperti shalat Dhuha dan Tahajud.

Untuk menjaga kualitas, Ismail selektif memilih anggota tim. Mereka yang bergabung dalam manajemen Rektor Institute adalah lulusan perguruan tinggi negeri dengan IPK minimal 3,5. Untuk posisi tertentu, Ismail mensyaratkan punya prestasi tingkat nasional.

Soal pemasaran, mahasiswa S-2 Universitas Gadjah Mada ini meminta tim promosi untuk tidak berjanji memastikan semua peserta bimbingan Rektor Institute bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi yang dituju. Tapi, kalau tidak lulus, Rektor Institute memberi garansi.

Saat ini, Rektor Institute sedang menjalin kerja sama dengan lembaga persiapan masuk perguruan tinggi di Taiwan. Harapannya agar anak-anak yang tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi di Indonesia bisa dialihkan ke perguruan di Taiwan. Program ini rencananya akan berjalan mulai 2016 ini. "Nota kerja sama sudah selesai. Kami diberi kuota 80 orang di 2016," kata pemuda asal Bone itu. ed: Ichsan Emrald Alamsyah

***

PROFIL REKTOR INSTITUTE

Nama : Ismail

TTL : 3/3/1992

Status : Belum Menikah

Pend. Terakhir : Masih Kuliah S-2 di UGM

Telepon Pribadi : 085255318766

Email  : [email protected]

Nama Usaha : Rektor Institute

Produk Usaha : Jasa Pendidikan

Alamat Usaha : Jl. Perintis Kemerdekaan III Tamlanrea Mes (1) Ds. Tamalanrea Kota Makasar Prov. SULSEL

Telepon Usaha : 085255318766

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement