Rabu 13 Jan 2016 15:00 WIB

Waspada DBD

Red:

Memasuki awal 2016, serangan demam berdarah dengue (DBD) kembali merebak di sejumlah daerah. Penyakit yang sering merenggut nyawa penderitanya ini mulai mencemaskan warga. Apalagi, puncak serangan DBD baru akan terjadi pada Maret. Itu artinya, dalam tiga bulan ke depan, ancaman penyakit ini masih terus menghantui.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, DBD biasanya merebak pada akhir Desember atau Januari.

Untuk tahun ini, kewaspadaan tinggi harus mulai dilakukan pada Januari ini. Dalam kondisi perubahan cuaca yang tidak menentu seperti saat ini, nyamuk Aedes aegypti penyebar DBD mudah berkembang biak.

Laporan mengenai berjangkitnya DBD di berbagai daerah mulai terjadi dalam sepakan terakhir ini. Di Kabupaten Boyolali, tercatat sudah ada lima kasus dengan dua penderita meninggal dunia akibat terlambat tertangani. Penyebaran kasus DBD di Jombang, Jawa Timur, juga terbilang tinggi. Selama tujuh hari pertama pada Januari 2016, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jombang menemukan 20 kasus DBD.

Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, DBD juga semakin mewabah. Pada 2016, baru berjalan sepekan, RSUD  dr Dori Sylvanus sudah menemukan 19 pasien terdampak, 12 di antaranya menjalani rawat inap, sisanya menjalani rawat jalan.

Kita menyadari, DBD memang penyakit yang selalu datang setiap tahun. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di sejumlah negara. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Mohamad Subuh menyatakan bahwa 40 persen penduduk dunia berisiko terkena DBD.

Setiap tahunnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, terdapat 50 sampai 100 juta penduduk dunia yang menderita penyakit tersebut. Amerika bagian selatan, Afrika, hingga Asia terkena penyakit ini. Dan, Indonesia termasuk salah satu negara yang berisiko terkena penyakit ini.

Proses penularan DBD dimulai dengan gigitan nyamuk dewasa terhadap korban dan berpindah menggigit manusia yang sehat. Apabila perkembangbiakan nyamuk  Aedes aegypti  bisa diputus dan dimusnahkan sejak masih dari telur dan jentik maka nyamuk dewasa tidak akan ada. Karena itu, sebelum DBD benar-benar  menjadi wabah yang mengkhawatirkan dan untuk memutus mata rantai DBD, media yang diduga akan menjadi sarang nyamuk dan berkembangbiaknya harus dimusnahkan.

Cara ampuh lainnya untuk menekan peningkatan kasus DBD adalah kesadaran masyarakat untuk menerapkan  pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Langkah yang dapat dilakukan, di antaranya, menguras kolam, menghilangkan barang bekas yang bisa menampung air, dan menutup sumber mata air. Tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat melalui gerakan 3M (mengubur, menguras, menutup tempat penampungan air). Sedangkan, bagi daerah endemis dan ditemukan kasus DBD, dilakukan fogging (pengasapan).

Walaupun di sejumlah daerah yang terkena wabah DBD sudah mulai melakukan beberapa langkah  pencegahan, kita masih belum mendengar langkah serius dari pemerintah pusat. Kita ingin Kementerian Kesehatan mengambil langkah maksimal untuk mencegah DBD benar-benar mewabah dan banyak menyebabkan korban meninggal.

Pemerintah di daerah dan pusat harus bersiap, tidak hanya dalam hal mencegah. Sejak saat ini,  pemerintah sudah harus mengambil langkah-langkah yang akan dilakukan bila wabah DBD ini benar-benar  menyerang masyarakat kita. Jangan sampai terulang kejadian pada tahun sebelumnya, ketika masyarakat tidak memiliki tempat untuk berobat dan dirawat karena rumah sakit yang ada kapasitasnya jauh di bawah jumlah pasien DBD. Akibatnya, penanganan DBD menjadi tidak maksimal dan menyebabkan banyak korban meninggal. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement