Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

Imbas Yuan, Pasar Modal Cina Guncang

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Imbas Yuan, Pasar Modal Cina Guncang

RISA HERDAHITA, SATRIA KARTIKA YUDHA 

Pemerintah meyakini guncangan di Cina tidak akan meme ngaruhi Indonesia.

BEIJING -- Pemerintah Cina meng hentikan perdagangan saham sejumlah pasar modal pada Kamis (7/1) waktu setempat. Kebijakan itu diambil hanya 30 menit setelah pembukaan perdagangan pada pagi hari. Semua itu tak lepas dari anjloknya indeks saham hingga melebihi tujuh persen pada indeks CSI300 (turun 7,2 persen), indeks komposit Shanghai (7,3 persen), dan indeks komposit Shenzhen (8,3 persen).

Profesor di bidang keuangan dan ekonomi Universitas Peking, Christopher Balding, mengatakan, dirinya ber harap pemerintah mengambil tindakan lebih jauh dari sekadar menghentikan sementara perdagangan sa - ham. Entah itu mengintervensi pasar atau memperpanjang larangan penjualan dalam skala besar oleh suatu lembaga. \"Saya terkejut jika mereka membiarkan ini terus turun,\" ujarnya, dilansir the Guardian.

 
Tidak hanya di Cina, penurunan juga terjadi pada indeks Hang Seng, HongKong. Indeks tersebut turun lebih dari tiga persen atau terendah sejak Juli 2013. Gejolak pasar saham ini tak lepas dari satu faktor utama, yaitu percepatan devaluasi mata uang Cina, yuan. 
 
Bank Sentral Cina menetapkan titik tengah dari mata uang tersebut ber ada pada level 6,5646 yuan perdolar AS atau terendah sejak Maret 2011. Angka tersebut lebih lemah 0,5 per sen dibandingkan sehari sebe lumnya. Balding menyebutkan, situasi ini menghadirkan kebimbangan di level masyarakat.

\"Orang-orang pasti gugup. Semua orang menaruh perhatian, apakah itu terkait dengan pasar saham atau perubahan kurs,\" katanya. Menurut Balding, secara psikologis, isu mata uang merupakan masalah besar bagi Cina. \"Dan sudah pasti masalah ini akan lebih besar pengaruhnya bagi perusahaan-perusahaan,\" ujarnya.

Lebih lanjut Balding mengatakan, situasi ini juga akan membuat komoditas yang berdenominasi dolar AS menjadi lebih mahal untuk pembeli asal Cina. Ujung-ujungnya, permintaan akan menurun diikuti tertekannya harga komoditas. \"Tampaknya Pemerintah Cina ingin mengatakan kepada pasar bahwa mereka akan mengarahkan yuan dan mereka tidak akan mengintervensi pasar saham,\"

katanya.

Dampak bagi Indonesia Dari perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (7/1) sore ditutup memerah.

IHSG turun 1,704 persen atau 78,534 poin ke level 4.530,448. 

Pengamat pasar modal dari IPMI International Business School Roy Sembel mengatakan, pelemahan pasar saham kali ini tak lepas dari kuatnya tekanan dari anjloknya pasar modal Cina. Menurut Roy, pasar modal Indonesia akan terpengaruh dengan adanya keterkaitan ekonomi yang masif antara Indonesia dan Cina, terutama dalam relasi perdagangan. 

\"Juga sebagai bagian dari emerging market yang bergeraknya biasanya bersama. Pasarnya anjlok, biasanya pasar modal kita juga ikut bersimpati,\" ujarnya.

Meski demikian, Roy berpendapat, situasi ini bukan sesuatu yang mengejutkan. Pada dasarnya, pelaku pasar sudah berekspektasi soal penurunan nilai mata uang yuan. \"Tidak terlalu kaget karena tahun lalu sudah melemahkan mata uangnya. Dengan ini otomatis sudah beberapa kali.

Eks pektasi pasar ke depannya mungkin akan berlanjut lagi,\" katanya.

Dengan pelemahan ini, menurut Roy, IHSG sangat mungkin melemah di atas 2,5 persen. Situasi ini tentu tidak akan menguntungkan bagi investor jangka pendek. \"Sangat mungkin tertekan sampai 40-100 persen, tapi untuk investasi jangka panjang kinerjanya masih oke,\" katanya.

Lebih lanjut, Roy menambahkan, January effect yang biasanya terjadi pada awal tahun mungkin akan saling meniadakan dengan sentimen negatif dari pasar global ini. Pasalnya, pada Januari sebenarnya siklus January effectsudah tak begitu besar lagi.

\"January effectitu sebenarnya terjadi pada peralihan tahun. Jadi, sebenar nya efek terbesarnya sudah terjadi,\"

ujarnya.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus yakin anjloknya bursa saham Cina tidak akan berdampak signifikan bagi In - do nesia. Bobby mengatakan, sejauh ini belum ada lembaga keuangan Indo nesia yang memiliki portofolio saham yang besar di bursa efek Cina. 

\"Sehingga efek anjloknya bursa efek Cina akan sangat kecil dampaknya terhadap ekonomi kita, walaupun ada persepsi kinerja ekonomi regional yang melemah,\" ujarnya. 

(ed: muhammad iqbal)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement