Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

DK PBB Janjikan Sanksi untuk Korut

Red:

WASHINGTON -- Dewan Keamanan PBB, Rabu (6/1), berjanji akan segera menerapkan sanksi baru untuk Korea Utara (Korut). Mereka mengutuk uji terbaru nuklir Korut jelas-jelas sebagai pelanggaran resolusi PBB.

Sanksi ini akan menjadi sanksi putaran kelima yang dijatuhkan kepada Korut sejak uji coba nuklir pertama negara itu pada 2006. Sanksi ditujukan untuk mengekang pengembangan nuklir dan rudal Korut. Tapi, selama ini Pyongyang kerap mengabaikan sanksi dan tetap mengembangkan program untuk memoderenisasi rudal balistik dan senjata nuklir.

DK PBB mengadakan pertemuan darurat setelah Korut mengumumkan uji bom hidrogennya. Dewan mengatakan, tindakan Korut merupakan pelanggaran dari empat resolusi dan mengancam perdamaian serta keamanan internasional.

Sanksi terakhir yang dijatuhkan PBB, yakni tiga pekan setelah Korut melakukan uji coba nuklir ketiga pada 12 Februari 2013. Kini, sanksi baru akan bergantung pada Cina, sekutu Korut. Sebab, resolusi sanksi 2013 lalu juga disponsori oleh Cina dan AS.

Namun, utusan Ukraina untuk PBB mengatakan, dari 15 anggota Dewan Keamanan tak ada yang menentang sanksi baru terhadap Korut dalam pertemuan tertutup tersebut. Volodymyr Yelchenko mengatakan, Cina tak mengatakan apa-apa dalam pertemuan tersebut.

Sedangkan, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan, yang dibutuhkan saat ini adalah kepala dingin dan respons proporsional dalam menghadapi masalah tersebut. Churkin juga mengatakan, akan terlalu 'jauh' jika ia harus menyebut Rusia mendukung sanksi lebih terhadap Korut.

Duta Besar Jepang Motohide Yoshikawa mengatakan, kredibilitas Dewan Keamanan akan tercoreng jika gagal dengan cepat mengadopsi resolusi baru. Ia juga memaksa adanya langkah baru yang signifikan dalam menghadapi Pyongyang. Tapi, ia tak menjelaskan langkah baru jenis apa yang diinginkan Jepang.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, pengumuman Korut terkait uji bom Hidrogen sangat mendestabilisasikan keamanan regional. Ban menuntut Pyongyang menghentikan kegiatan nuklir lebih lanjutnya.

Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), dan Jepang mengatakan, akan bersatu dalam merespons klaim Korea Utara (Korut) terkait pelaksanaan uji bom hidrogennya. Mereka menilai tindakan terbaru Korut tersebut sebagai tindakan sembrono.

Dilansir laman BBC, Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Barack Obama telah berbicara terpisah dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-Hye dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Obama menegaskan kembali komitmen AS terhadap keamanan sekutunya di Asia.

Gedung Putih mengatakan Obama, Park dan Abe sepakat tindakan Korut merupakan pelanggaran komitmen di bawah hukum internasional. Dalam pernyataan yang dirilis pada Rabu (6/1), mereka sepakat bekerja sama membentuk respons internasional yang kuat dan bersatu untuk merespons perilaku sembrono Korut.

Abe mengatakan kepada wartawan bahwa mereka sepakat tindakan provokatif Korut tak dapat diterima. Abe mengatakan, mereka akan mengatasi hal ini melalui kerja sama dengan Dewan Keamanan PBB.

Senada, kantor kepresidenan Korsel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Park dan Obama telah sepakat bekerja sama. Pernyataan juga mengatakan masyarakat internasional harus memastikan Korut membayar mahal uji coba nuklirnya ini.

Diragukan

Meski dianggap mengancam, banyak yang skeptis mengenai kebenaran Korut melakukan uji coba bom hidrogen. Para ahli mengatakan, kegiatan seismik yang dihasilkan ledakan tak cukup besar.

Analis dari Rand Corporation, Bruce Bennett, menyatakan keraguannya akan uji bom hidrogen Korut. Menurutnya, ledakan semestinya akan 10 kali lebih besar dari apa yang Korut klaim.

Badan intelijen Korsel juga mengatakan, kekuatan ledakan dari uji coba Korut jauh dari ledakan bom hidrogen sesungguhnya.

Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, analisis awal pun menyatakan adanya ketidaksesuaian dengan klaim Korut mengenai uji bom hidrogen. Tapi, menurutnya, hal itu tak mengubah penilaian pemerintah AS terhadap kemampuan teknis dan militer Korut.

AS dan negara-negara terdekat diminta mengambil sampel atmosfer untuk menemukan bahan radioaktif yang bocor. Hal itu diharapkan dapat memberikan doa petunjuk atas jenis perangkat apa yang diuji. n ap ed:Yeyen Rssvoyanl

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement