Ahad 03 Jan 2016 07:50 WIB

Masih Adakah Ruang Sisa Untuk Berjalan Kaki?

Ari Widyati
Foto: Dok: UMJ
Ari Widyati

REPUBLIKA.CO.ID, Arsitek, Penulis, dan Dosen Jurusan Arsitektur, FT Universitas Muhammadiyah Jakarta Pakar perkotaan Kevin Lynch menyatakan bahwa awalnya sebuah kota dibangun untuk alasan simbolik dan kemudian berkembang untuk alasan pertahanan diri.

Namun pada akhirnya disadari bahwa salah satu manfaat yang dapat diambil dari sebuah karakter kota adalah adanya akses.

Bahkan beberapa pakar melihat bahwa transportasi dan komunikasi merupakan aset yang paling penting dalam area perkotaan.

Akses transportasi yang dimaksud disini tidak hanya meliputi akses bagi kendaraan bermotor, namun di dalamnya juga meliputi akses bagi pejalan kaki menuju ke ruang terbuka, akses ke tempat kerja, akses ke area servis, akses ke pusat perbelanjaan dan lain sebagainya.

Saat ini, masalah transportasi di Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya, menjadi problem yang tidak pernah habis dibicarakan.

Apalagi bila hal tersebut dikaitkan dengan kenaikan bahan bakar untuk kendaraan. Salah satu alternatif dalam usaha penghematan bahan bakar adalah dengan meminimalisasikan penggunaan kendaraan bermotor khususnya kendaraan pribadi.

Hal ini dilakukan oleh sebagian besar masyarakat yang hidupnya masih nomaden, dalam artian belum mempunyai tempat tinggal yang tetap, karena mereka dapat lebih fleksibel untuk memilih tempat tinggal yang relatif dekat dengan tempat kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement