Senin 21 Dec 2015 06:04 WIB

Dirut PT Surveyor Indonesia Pernah Jadi Sopir Angkot untuk Biayai Kuliahnya

Direktur Utama PT Surveyor Indonesia M Arif Zainuddin (kiri) berbagi pengalaman masa sekolah dan kuliah kepada para pelajar SMU Jawa Tengah peserta program Siswa Mengenal Nusantara ke Provinsi Kalimantan Tengah di Restoran Senayan Palangka Raya, Ahad (20/12).
Foto: Irwan Kelana/Republika
Direktur Utama PT Surveyor Indonesia M Arif Zainuddin (kiri) berbagi pengalaman masa sekolah dan kuliah kepada para pelajar SMU Jawa Tengah peserta program Siswa Mengenal Nusantara ke Provinsi Kalimantan Tengah di Restoran Senayan Palangka Raya, Ahad (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA – Direktur Utama PT Surveyor Indonesia (Persero) M Arif Zainuddin berbagi pengalaman hidupnya kepada para pelajar SMA/SMK Jawa Tengah peserta program Siswa Mengenal Nusantara ke Provinsi Kalimantan Tengah  di Restoran Senayan Palangka Raya, Ahad (20/12) malam.

Anak keempat dari delapan bersaudara itu mengatakan sejak kecil dan remaja ia biasa tinggal di masjid. “Keluarga saya besar, sedangkan rumah kami kecil. Kalau semua tinggal di rumah, tidak muat,” ujar Arif yang saat ini memimpin BUMN dengan lebih dari 5.000 karyawan.

Rumah orang tua Arif dekat masjid. “Sejak kecil dan remaja saya lebih banyak tinggal di masjid. Dalam setahun, lebih dari enam bulan saya tinggal di masjid,” tutur Arif.

Arif menyebutkan, ayahnya adalah seorang guru. “Gaji guru pada tahun 70-an dan 80-an tidak memadai untuk membiayai sekolah delapan anak,” kata Arif yang saat bersekolah di SMAN 3 Solo naik sepeda dari rumahnya ke sekolah berjarak sekitar 15 km.

Menyadari kondisi ekonomi orang tuanya, Arif berusaha untuk meringankan biaya hidup keluarganya, minimal untuk dirinya sendiri. “Saat bersekolah SMA, saya menjadi kernet angkot,” ungkapnya.

Ketika Arif  lulus SMA dan diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, ayahnya hanya membekali dia dengan uang untuk membayar SPP satu semester dan biaya hidup tiga bulan.

“Ayah saya berpesan, ‘Kalau kamu punya tekad yang kuat, insya Allah kamu akan berhasil. Namun kalau kamu tidak yakin, maka nasib yang akan menentukan kamu,” kenang Arif.

Untuk membiayai kuliah dan hidup sehari-hari, saat kuliah di UGM Arif menjadi sopir angkot sampai dia lulus menjadi sarjana.  “Alhamdulillah, dengan uang hasil narik angkot itu saya bisa membayar uang kuliah, uang kos, makan, dan pulang ke rumah orang tua,” papar M Arif Zainuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement