Selasa 15 Dec 2015 07:50 WIB

Waspada, Cyber Sickness Intai Pengguna Gagdet

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Berkutat dengan gadget memang menyenangkan, namun waspadai risikonya terhadap kesehatan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Berkutat dengan gadget memang menyenangkan, namun waspadai risikonya terhadap kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah Anda merasa pusing setelah memainkan smartphone Anda? Apakah Anda juga merasa tidak nyaman setelah menonton film favorit dengan resolusi tinggi?

Jika gejala seperti di atas terjadi, Anda harus berhati-hati. Dalam sebuah studi yang dilakukan, diketahui bahwa gejala demikian adalah tanda-tanda penyakit yang disebut 'cyber sickness'.

Efek samping karena terlalu banyak melihat konten digital seperti diketahui terjadi secara cukup sering di abad 21 ini. Rasa pusing yang dialami orang-orang akibat cyber sickness pun kadang bisa begitu parah, hingga mereka merasa tengah mengalami mabuk laut.

Cyber sickness atau dikenal dengan sebutan medis visual motion sickness bermula dari adanya ketidaksesuaian yang terjadi di input sensorik manusia. Terdapat ketidakseimbangan rasa saat Anda membuka internet dan melihat konten-konten digital lainnya.

"Rasa seimbang dari berbagai indera yang ada di tubuh Anda tiba-tiba terganggu. Saat salah satu yang masuk menuju otak tidak setuju, saat itulah rasa pusing dan mual terjadi," ujar profesor bidan THT di Harvard Medical School, Steven Rauch, dilansir The Independent, Selasa (15/12).

Saat Anda merasa pusing pada umumnya atau bukan karena konten digital, terasa ada gerakan di otot sendi, serta telinga bagian dalam. Namun, tak berdampak apapun pada penglihatan. Sementara, berbeda dengan cyber sickness, Anda akan merasa melihat sesuatu di depan mata berputar hingga terasa mual.

(baca: Jepang Siap Luncurkan Ponsel Tahan Air Sabun)

Cyber sickness bisa terjadi kepada siapapun, bahkan mereka yang tak sensitif terhadap ssakit kepala. Hal ini tergantung dari seberapa sering Anda berhubungan dengan gadget dan konsumsi digital lainnya.

Meski demikian, studi menunjukan bahwa perempuan lebih rentan mengalami gejala ini. Terlebih, bila mereka memiliki riwayat penyakit migrain serta gegar otak.

Beberapa ahli syaraf mengatakan masalah cyber sickness bisa disembuhkan dengan mengubah kebiasaan. Seperti menonton dalam jangka waktu yang tak terlalu lama serta bermain game online dengan waktu yang lebih singkat. Ulanglah keinginan melihat konten digital ini dalam selang waktu tertentu.

"Orang-orang biasanya bisa merespons dengan baik, seperti dalam kasus ini. Asalkan mereka bisa membiasakan diri lebih terkendali," ujar ahli terapi fisik dan neurologis di Emory Dizziness and Balance Center, Atlanta, Amerika Serikat (AS).

Namun, beberapa ahli kesehatan belum setuju dengan pendapat itu. Hal ini karena dikahwatirkan Anda dapat mengabaikan rangsangan sensorik dan membuat kemampuan untuk bereaksi di dunia nyata terhambat.

"Tentu saja hal ini cukup mengkhawatirkan karena dalam jangka panjang, kemampuan Anda merespon di dunia nyata bisa terhambat," jelas peneliti mengenai faktor manusia di Orlando, AS, dokter Kay Stanney.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement