Selasa 27 Oct 2015 14:14 WIB

WHO: Daging Olahan Picu Kanker

Rep: C37/ Red: Winda Destiana Putri
Daging olahan
Foto: Amin Madani/Republika
Daging olahan

REPUBLIKA.CO.ID, EROPA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan daging olahan - seperti sosis dan daging burger- dapat menyebabkan kanker.

Dilansir dari BBC pada Selasa (27/10), berdasarkan data WHO menyebutkan bahwa 50 gram daging olahan sehari - kurang dari dua iris daging olahan - meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker kolorektal sebesar 18 persen. Sementara itu, disebutkan daging merah "mungkin karsinogenik" tapi ada bukti terbatas.

WHO menekankan bahwa daging juga memiliki manfaat kesehatan. Cancer Research UK mengatakan ini adalah alasan untuk mengurangi makan bukannya tidak makan daging merah dan olahan sama sekali. Jika hanya sesekali makan burger, atau roti isi daging tidak akan membahayakan.

Bahan kimia yang terlibat dalam pengolahan yang dapat meningkatkan risiko kanker. Suhu tinggi saat memasak, seperti pada barbeque, juga dapat membuat bahan kimia karsinogenik. Di Inggris, sekitar enam dari setiap 100 orang mendapatkan kanker usus di beberapa titik dalam hidup mereka.

Jika mereka semua memiliki 50 gram ekstra daging sehari selama sisa hidup mereka, maka risiko akan meningkat 18% menjadi sekitar tujuh dari 100 orang yang terkena kanker usus.

"Jadi itu satu kasus tambahan dari kanker usus di semua 100 pemakan daging seumur hidup," bantah Sir David Spiegelhalter, seorang profesor risiko dari University of Cambridge.

WHO telah sampai pada kesimpulan atas saran dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker, yang menilai bukti ilmiah terbaik yang tersedia.

Kini daging olahan telah ditempatkan dalam kategori yang sama seperti plutonium, juga alkohol karena alkohol pasti melakukan menyebabkan kanker. Namun, ini tidak berarti mereka sama-sama berbahaya. Sebuah roti isi daging olahan tidak seburuk merokok.

"Untuk seorang individu, risiko mengembangkan kolorektal (usus) kanker karena konsumsi daging olahan tetap kecil, tapi risiko ini meningkat dengan jumlah daging yang dikonsumsi," kata Dr Kurt Straif dari WHO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement