Kamis 15 Oct 2015 14:37 WIB

Pembakaran Rumah Ibadah, DPD: Kecolongan Intelijen Kita

Rep: C27/ Red: Winda Destiana Putri
Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa pembakaran rumah ibadah di Aceh Singkil menimbulkan keprihatina mendalam di pelbagai kalangan masyarakat. Peristiwa ini dianggap sudah mencederai kerukunan beragama yang terbentuk di Indonesia.

Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad menilai meletusnya peristiwa pembakaran rumah ibadah tersebut harusnya dapat diprediksi oleh intelijen Indonesia. Ia juga menyesalkan atas sikap intelijen Indonesia yang tidak bisa memprediksi peristiwa memilukan tersebut. Peristiwa di Aceh Sangkil menjadi catatan hitam.

"Bagi saya ini kecolongan intelijen kita," kata Guru Besar PTIK-UI melalui siaran pers yang diterima Republika, Kamis (15/10).

Menurut anggota DPD perwakilan Nusa Tenggara Barat, pengerahan dan pergerakan massa yang demikian besar harusnya bisa dideteksi dan diantisipasi. Badan intelijen sudah seharusnya dapat memprediksi mencuatnya peristiwa tersebut dan dapat segera mencegahnya.

"Pemerintah daerah dan aparat keamanan seharusnya dapat melakukan langkah-langkah persuasif atas pendirian gereja-gereja yang terbukti atau dianggap ilegal sehingga aksi main hakim sendiri tidak perlu terjadi," ungkap Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana.

Ia mengharapkan, peristiwa ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Aparat keamanan pun dapat dengan sigap untuk mencegah dampak peristiwa ini agar tidak mengoyak stabilitas keamanan di Aceh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement