REPUBLIKA.CO.ID, Ada unsur bakteri yang ketiadaannya berperan dalam memperparah kondisi asma. Studi baru yang dipublikasikan dalam Science Translational Medicine menunjukkan bahwa anak-anak berusia tiga bulan yang kekurangan kadar bakteri tertentu memiliki peningkatan risiko asma.
Peneliti mengumpulkan sampel kotoran lebih dari 300 anak berusia tiga bulan hingga satu tahun, termasuk rincian kesehatan mereka, seperti alergi. Peneliti menemukan hubungan sangat signifikan secara statistik antara ketiadaan beberapa jenis bakteri dengan potensi asma pada anak.
Penelitian ini bisa membantu dokter mengidentifikasi anak-anak yang berisiko asma sejak usia dini. Mereka juga bisa menciptakan probiotik terbaru yang bisa mencegah penyakit tersebut.
Asma saat ini menjadi penyakit yang banyak dikhawatirkan anak-anak dan orang dewasa. Penyakit ini membunuh sekitar tiga orang per hari di Inggris. Penelitian dan pengamatan lebih dari satu dekade terakhir menunjukkan bagaimana mikroorganisme bisa memengaruhi ketahanan tubuh kita.
Ada empat mikroorganisme bakteri penting yang diperlukan dalam jumlah cukup di dalam tubuh bayi, yaitu Faecalibacterium, Lachnospira, Veillonella, dan Rothia. Jika jumlahnya kurang, maka bayi tersebut berisiko asma di kemudian hari.
Dalam penelitian lebih lanjut, peneliti mengamati efek ketiadaan empat jenis bakteri tersebut ke dalam tubuh tikus. Hasilnya, tikus tersebut mengalami radang paru-paru yang menunjukkan indikasi asma. Ketika keempat jenis bakteri ini dimasukkan ke dalam tubuh tikus, gejala penyakit ini perlahan menghilang.
"Selama beberapa tahun, mikroba dikaitkan dengan perlindungan terhadap asma," kata ahli medis, Benjamin Marsland, dilansir dari IFL Science, Kamis (15/10).
Temuan ini meningkatkan kemungkinan pengembangan probiotik yang mengandung empat mikroorganisme berupa bakteri tersebut yang kemudian bisa diberikan kepada bayi yang berisiko asma. Dokter bisa memantau ada atau tidaknya bakteri tersebut di dalam tubuh bayi sebagai langkah awal.