Ahad 11 Oct 2015 13:33 WIB

Asyiknya Anak Bandung Meneropong Matahari dan Bertemu Astronot

Meneropong bulan di planetarium
Foto: antarafoto
Meneropong bulan di planetarium

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pemandangan di  pelataran parkir Gedung Pusat Sains Antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung, Jalan Dr. Djunjunan, Sabtu (10/10) ada yang berbeda.‬ Biasanya, parkir tersebut sepi hanya dipenuhi kendaraan.

Di akhir pekan, sekitar 300 siswa mulai dari tingkat pendidikan TK, hingga SMA dengan antusias, mendengarkan paparan keilmuan soal antariksa dan astronomi pada acara Festival Sains Antariksa. Mereka pun, melepaskan rasa penasaran mereka dengan berbagai alat percobaan yang ada di setiap stan.  

Sesekali siswa tersebut bertanya mengenai beberapa hal, kemudian dijelaskan dengan detail oleh penjaga stand keilmuan tersebut.

Salah  satunya, Siswa SMP Assalam, Tasya  (13 tahun) yang mengaku, baru pertama kali mengikuti festival sains. Di sini, ia dan puluhan siswa asal sekolahnya mendapatkan ilmu astronomi yang kaitannya bisa disimulasikan secara langsung.‬

‪Tasya mencontohkan, ketika belajar matahari,  di sekolah ia hanya belajar soal tata surya dan planet lainnya hanya berupa teorinya saja. Ia berkesempatan melakukan peneropongan langsung terhadap matahari.

"Kami bisa tahu bentuk matahari secara jelas," ujar Tasya yang mengaku tertarik pada ilmu astronomi sejak kecil itu.

‪Sementara, menurut pengunjung lainnya, Salma Aisyah Siswa SMA 11 Bandung tertarik pada simulasi dan games.‬

‪"Saya tadi sempat masuk dan nonton di  Planetarium. Asyik sih, karena baru pertama kali masuk ke simulasi planet semacam itu," katanya.

Menurut Salma, dalam simulasi tersebut, Ia juga mendapat penjelasan soal gelombang suara, bagaimana terjadinya gurung meletus, dan banyak hal lagi.

"Mudah-mudahan acara semacam ini semakin sering dilakukan dan games juga simulasi ilmu astronominya lebih mudah dipahami lagi," katanya.‬

‪Sementara menurut Ketua Panitia Festival Sains Antariksa 2015 Rasdewita Kesumaningrum, festival semacam ini rutin dilakukan Lapan setahun sekali. Kali ini, festival juga diselenggarakan dalam rangka World Space Week 2015, yang merupakan kegiatan tahunan internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).‬

Melalui festival ini, menurut Rasdewita, Lapan ingin mensosialisasikan hasil penelitian dan pengembangan keantariksaan kepada masyarakat dan kalangan pendidikan. Diharapkan juga, bisa menambah wawasan pelajar tentang alam semesta.

Tema world space week tahun ini, kata dia, adalah Discovery yang menekankan bahwa saat ini merupakan masa kejayaaan penemuan luar angkasa. Artinya, mempelajari antariksa merupakan penemuan. Jadi, banyak hal yang bisa dipelajari mengenai alam semesta selama satu dekade terakhir.

Contohnya, kata dia, penemuan yang dilakukan oleh wahana antariksa antarplanet dengan probe dan lander. Manusia juga, terus menemukan planet luar tata surya, galaksi yang jauh, komet, satelit dan asteroid.

‪‪"Tema festival kali ini mengenai Klinostat Experiment," katanya.

Tema tersebut, kata dia, menjadi tema besar dari kompetisi karya tulis ilmiah untuk tingkat SMA. Dalam eksperimen tersebut, siswa tidak hanya ditantang untuk mempresentasikan karya tulis ilmiah mereka, tapi juga membuat alat simulasi dengan bahan-bahan sederhana dan mudah diaplikasikan.

‪Klinostat Experiment, kata dia, berkaitan dengan alat simulasi mikrogravitasi. Biasanya simulasi tersebut dilakukan di luar angkasa, tapi sekarang siswa juga belajar membuat simulasi semacam itu di bumi.

Salah satu caranya dengan membuat dua sumbu yang berlainan, dan digerakan beda arah. Satu sumbu digerakan secara vertikal dan satunya lagi horisontal. Di tengah sumbu itu diletakkan sebuah benda. Saat digerakan sumbunya, maka benda itu akan terus terlihat jatuh ke bawah.‬

‪"Di sini tantangannya siswa merepresentasikan simulasi tersebut dengan alat sederhana dengan  perhitungan yang tepat," katanya.‬

‪Penyelenggaraan festival kali ini pun, berbeda dari tahun sebelumnya karena pengunjung dan siswa bisa melakukan video conference dengan astronot asal Jepang, Soichi Noguchi. Soichi berbagi pengalamannya selama menjadi astronot dan bahkan menjawab pertanyaan dari pengunjung festival ini‬.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement