Rabu 02 Sep 2015 23:20 WIB

Skripsi Dilarang Tebal, Cukup 25 Halaman

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Skripsi dan Tesis (ilustrasi)
Foto: facebook
Skripsi dan Tesis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Jayabaya, Umar S Bakry mengatakan, para mahasiswa HI harus memahami isu lingkungan. Isu lingkungan jangan dianggap sebagai isu pinggiran karena saat ini sedang jadi isu sentral yang bukan hanya dipelajari di HI, tapi di semua study.

"Makanya mulai sekarang saya ingin menerapkan skripsi mahasiswa Fisipol tak perlu tebal-tebal. Skripsi cukup 25 halaman saja untuk mengurangi kerusakan hutan sebab kertas itu dibuat dari menebang pohon karena bahan bakunya dari kayu," katanya dalam seminar The Last Change to Save The Earth yang diadakan antara Universitas Jayabaya dengan ISBG Communiactions, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Oxium, Ecoplas di Jakarta, Rabu, (2/9).

Kalau ditanya dosen mengapa skripsinya tipis, mahasiswa terangkan saja ke dosennya kalau itu merupakan aksi dari green perspective. "Tapi tipis itu bukan berarti karena mahasiswanya tak tahu apa-apa ya."

Selain itu, terang dia, supaya menghemat kertas dan mencegah kerusakan hutan lebih parah sebaiknya revisi skripsi dilakukan lewat email oleh dosen. Mahasiswa tak perlu mencetak skripsinya berulang-ulang karena boros kertas.

"Sebenarnya kita itu setiap hari mempunyai kontribusi untuk merusak lingkungan tanpa disadari. Makanya ini harus dikurangi, caranya dengan melaksanakan green perspective," ujar Umar.

Saat ini, terang dia, IPB sudah menerapkan aturan skripsi tak boleh lebih dari 20 halaman. "Makanya saya mulai di Jayabaya agar mahasiswa tak usah membuat skripsi tebal-tebal supaya tak merusak lingkungan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement