Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Ketua MPR Ajak KIH-KMP Bersatu Hadapi Situasi Sulit

Kamis 27 Aug 2015 20:10 WIB

Rep: Muhammad Subarkah/ Red: Djibril Muhammad

Ketua MPR Zulkifli Hasan Zulkifli Hasan ketika melakukan sosilasi '4 Pilar Kebangsaan' di beberapa tenpat di wilayah Lampung, Kamis (27/8).

Ketua MPR Zulkifli Hasan Zulkifli Hasan ketika melakukan sosilasi '4 Pilar Kebangsaan' di beberapa tenpat di wilayah Lampung, Kamis (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Ketua MPR Zulkifli Hasan mengimbau sudah saatnya parpol yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) serta seluruh elemen bangsa harus bersatu menghadapi situasi dan kondisi ekonomi yang melemah dan berat.

Semua pihak diimbau segera merajut kembali sikap gotog-royong dan mengedepankan musyawarah mufakat ketika memecahkan persoalan.

"Saatnya KMP-KIH, Muhammadiyah-NU dan seluruh elemen bangsa bersatu. Sudah tidak relevan lagi (gaduh-red). Kalau bersatu, kita akan solid dan kompak dan menghadapi situasi sulit ini. Tanpa kesolidan sikap maka krisis ekonomi akan sulit diatasi," kata Zulkifli Hasan ketika melakukan sosilasi '4 Pilar Kebangsaan' di beberapa tenpat di wilayah Lampung, Kamis 27/8).

Zulkifli mengatakan meskipun saat ini situasi ekonomi belum seperti reformasi pada 1998, tapi keadaan ekonomi sudah mulai merambat dan berat. Ini tampak jelas, meski belum ada PHK besar-besaran, tapi sudah ada pengurangan tenaga kerja hingga pembatasan jam kerja.

"Ini menunjukkan ekonomi Indonesia ada apa-apa, bukan lagi ekonomi tidak ada apa-apa. Untuk itu mari bersatu menghadapi situasi ekonomi yang berat ini, " kata Zulkifli.

Ditambahkan Zulkifli, jika dalam ekonomi sulit ini, seluruh elemen bangsa menciptakan kegaduhan dan 'bertengkar' terus-menerus, maka negara Indonesia berpotensi akan mengalami disintegrasi atau perpecahan.

"Sudah (ekonomi-red) sulit, sudah gaduh dan tarung, ditambah tidak bisa bersatu, maka bisa 'sayonara' beberapa daerah kita. Tapi kalau bersatu, seberat apapun tantangan ekonomi yang dihapai, maka itu pasti akan bisa diatasi, " katanya.

Selain itu Zulkifli juga mengajak mulai saat ini, semua elemen bangsa tidak terjebak dalam klaim yang berlebihan soal kekayaan alam Indonesia yang melimpah. Karena klaim ini sering membuat banyak pihak terlena sehingga melupakan penyiapan generasi yangg unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Apalagi, lanjut Zulkifli kekayaan alam bagi sebuah bangsa kerapkali malah malah menuai bencana konflik. Akibatnya, melimpahnya kekayaan alam itu malah tak bisa mensejahterkan sebuah bangsa.

"Lihatlah apa yg terjadi di Timur Tengah, kekayaan minyaknya malah menyulut perang. Lihat pula negara Singapura, Korea Selatan, dan Jepang yang tak punya sumber daya alam. Mereka malah makmur dan pendapatan perkapita penduduknya berpuluh kali lipat dari Indonesia. Negara mereka unggul karena sumber daya manusia mereka unggul," ujarnya.

Melihat kenyataan itu maka tak ada jalan lain bagi bangsa Indonesia untuk terus bergerak maju mengejar ketertinggalan. Selain itu juga harus tetap menjaga nilai jati diri bangsa yang selama ini terkesan dilupakan, seperti Pancasila, musyawarah mufakat, dan gotong-royong.

"Jadi bangsa ini harus solid bersatu mengatasi situasi sulit ini. Kalau tetap terpecah, apalagi berkonfik dengan memakai isu SARA, itu jelas kemunduran serius," tegasnya.

Dalam pertemuan itu berbagai kelompok masyarakat mengeluhkan kondisi hidup mereka yang semakin sulit. Harga-harga bahan pokok terus melambung. Mereka khawatir tak bisa lagi mampu memberikan nafkah kepada anggota keluarganya dengan memadai.

Setiap kali mengadakan pertemuan tatap muka dengan masyarakat Zulkifli tak lupa menanyakan kehidupan mereka pada saat ini. Nah, ketika ditanya soal ini, selalu seluruh peserta pertemuan baik lelaki maupun perempuan, menjawab kompak: ''Susah Pak. Harga bahan pokok makin tak terjangkau..!"

"Harga beras di sini sudah sampai Rp 10 ribu per liter. Harga cabaie, daging ayam, daging sapi, hingga tempe, tahu juga terus naik. Kami harus minta tolong kepada siapa?" kata seorang nenek Maimunah, dari desa Sababalau, Kecamatan Tajung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler