Kamis 27 Aug 2015 14:55 WIB

Siswa SD Belajar di Tenda Darurat

Rep: c10/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah korban Gempa menempati tenda-tenda darurat yang berada di depan rumah mereka di desa Timang Gajah, Bener Mariah, Aceh Tengah, Rabu (10/7).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah korban Gempa menempati tenda-tenda darurat yang berada di depan rumah mereka di desa Timang Gajah, Bener Mariah, Aceh Tengah, Rabu (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Panyutran di Dusun Pananggapan, Desa Panyutran, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran ambruk akibat umur bangunan yang sangat tua. Akibatnya sebanyak 40 siswa SD harus belajar di bawah tenda darurat yang terbuat dari terpal.

Kepala Sekolah SDN 3 Panyutran, Supar mengatakan, bulan lalu bangunan sekolah telah ambruk dua kelas. Diantaranya bangunan kelas tiga dan kelas empat. Kemudian pada Selasa (25/8) waktu dini hari, banguna kelas satu dan ruangan kantor guru kembali ambruk. Beruntung kejadiannya waktu dini hari, jadi tidak ada siswa dan guru yang tertimpa material bangunan.

"Saat ini anak-anak belajar di bawah tenda yang terbuat dari terpal yang dibeli menggunakan uang sumbangan dari orang tua siswa," kata Supar kepada Republika, Kamis (27/8).

Supar mengaku tidak mengetahui alasan pemerintah sampai tidak memperhatikan bangunan sekolah yang memprihatinkan. Padahal setelah bangunan sekolah ambruk pihaknya langsung melaporkan ke UPTD dan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Pangandaran. Pihak Disdikbudpora mengatakan rehab bangunan pasti ada.

"Tapi sampai saat ini belum ada bantuan apa-apa dan tenda yang digunakan pun modal sendiri," ujar Supar.

Supar menegaskan, daripada kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak berjalan, pihak sekolah segera mencari cara untuk membangun tempat belajar darurat. Setelah banguan sekolah ambruk, para guru memangggil orang tua siswa, kemudian orang tua siswa sepakat untuk bergotongroyong membangun tenda.

Beruntung siswa dan siswi masih tetap semangat, meski mereka mengikuti KBM di bawah tenda. Menurut Supar, anak-anak sudah menerima kondisi dan kenyataan sekolah mereka yang ambruk. Jadi mereka harus tetap dapat belajar di bawah tenda karena terpaksa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement