Senin 24 Aug 2015 17:29 WIB

Indonesia akan Pelajari Pengolahan Sampah Menjadi Listrik dari Jepang

Rep: c13/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah pekerja mengemas sampah-sampah plastik di kawasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah pekerja mengemas sampah-sampah plastik di kawasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia berupaya untuk semakin mempererat kerjasama dalam bidang teknologi dengan Jepang. Direktur Jenderal Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Jumain Appe mengatakan untuk mengembangkan teknologi diperlukan pengalaman dari negara maju.

Jumain mencontohkan salah satu penemuan teknologi Jepang yang bisa dikembangkan di Indonesia. Dia mengungkapkan, Jepang memiliki teknologi pengelolaan sampah yang bisa dimanfaakan menjadi tenaga listrik. Menurutnya, hal ini perlu dipelajari dan diterapkan di Indonesia nantinya.

Menurut Jumain, Indonesia dan Jepang sudah benyak melakukan kerja sama di bidang penelitian. Dari Indonesia, misalnya, kerja sama sudah dilakukan melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu, lanjut dia, Universitas Indonesia (UI), Insitut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangaa (Unair) dan sebagainya juga telah melakukan yang sama.

Kepala Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik, Nada Marsudi mengatakan sejak tahun 2008, Indonesia telah menerima hibah sebesar Rp 20 Miliar untuk penelitian. Nada menjelaskan, dana itu diperuntukkan pada pembangunan yang berkelanjutan. Menurutnya, pembangunan ini fokus pada empat topik. Keempat topik itu, kata dia, yaitu bencana alam, penyakit menular, energi dan biological recourses.

Menurut Nada, hibah tersebut akan berkembang lebih besar lagi di masa mendatang. Hal ini bisa terlaksana dengan adanya timbal balik yang diberikan Indonesia kepada Jepang. Ia mengungkapkan, pemeirntah Indonesia juga telah memberikan timbal balik dengan mengirim peneliti. Sejauh ini, Nada menyatakan, Indonesia telah menjalankan 13 proyek bersama Jepang. Ia berpendapat, hal ini menggambarkan bahwa kemampuan peneliti Indonesia telah diakui di negara maju.

Menurut Nada, setiap tahun Jepang memberikan dana satu juta dolar AS per tahun untuk proyek itu. Setiap proyek, kata dia, menghabiskan waktu hingga lima tahun. Sampai 2013, ia mengungkapkan, para peneliti Indoensia telah mendapatkan insentif sebesar Rp 250 miliar.

“Tentu saja Indonesia juga ada counter funding untuk memberikan orang-orangnya melalui insentif kind dan kontribusi dalam hal finansial, selain brain dan kompetisinya yang lain," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement