Ahad 12 Jul 2015 09:36 WIB

Ini Mitos dan Kesalahpahaman Kontrasepsi yang Penting Diketahui

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Pemilihan alat kontrasepsi harus sesuai dengan kebutuhan. Setiap perempuan wajib mengetahui mengapa ia mengambil salah satu metode atau alat kontrasepsi tertentu.
Foto: Republika/Musiron
Pemilihan alat kontrasepsi harus sesuai dengan kebutuhan. Setiap perempuan wajib mengetahui mengapa ia mengambil salah satu metode atau alat kontrasepsi tertentu.

REPUBLIKA.CO.ID, Banyak mitos dan kesalahpahaman yang selama ini masih berada di benak setiap perempuan ketika ingin menggunakan alat kontrasepsi. Hal tersebut secara tidak langsung mencegah mereka menggunakannya karena merasa tidak aman dan nyaman.

"Alat kontrasepsi bukan obat yang digunakan untuk orang sakit, meski demikian ia memang memiliki risiko," kata Direktur dan Profesor University Gynecological Hospital, Basel, Dr. Johannes Bitzer dalam acara bertajuk Better Informed Women, Better Choices yang diadakan oleh Bayer di Singapura, 6 Juli lalu. Bitzer menilai manfaat alat kontrasepsi jauh lebih besar daripada resikonya.

Ia mengatakan pemilihan alat kontrasepsi harus sesuai dengan kebutuhan. Setiap perempuan wajib mengetahui mengapa ia mengambil salah satu metode atau alat kontrasepsi tertentu. "Karena selama ini banyak mitos dan kesalahpahaman yang harus diluruskan," kata Kepala Ginekolog Endokrinologi dan Endoskopi di United Doctors Medical Center (UMDC), Dr. Delfin Tan pada kesempatan yang sama.

Beberapa mitos tersebut diantaranya kehilangan fertilitas atau kesuburan setelah menggunakan alat kontrasepsi. "Setiap perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian berhenti, memiliki peluang yang sama dengan perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi, untuk memiliki anak," kata Dr. Tan, kepada media dari Asia Tenggara termasuk Republika di Singapura.

Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil penelitian pada 2011 yang dituangkan dalam jurnal kesehatan. Alat kontrasepsi jenis apa pun, tambah Tan, tidak akan mempengaruhi fertilitas. Selama ini, banyak perempuan atau lingkungan sekitarnya melarang menggunakan alat kontrasepsi karena beranggapan bahwa itu akan membuatnya tidak subur. Padahal biasanya, kesuburan lebih dipengaruhi usia.

Selain itu, mitos lain adalah alat kontrasepsi mempengaruhi berat badan. Banyak orang beranggapan bahwa jenis kontrasepsi tertentu akan menambah atau menurunkan berat badan. "Tidak ada yang seperti itu, jika pun bertambah atau berkurang, hal itu dipengaruhi oleh dietnya sendiri," kata Tan.

Kesalahpahaman lain adalah alat kontrasepsi berpengaruh pada kondisi kulit. Beberapa perempuan jadi berjerawat ketika menggunakan kontrasepsi, khususnya oral atau pil. "Beberapa memang mengalaminya, namun reaksi seperti itu sebenarnya sangat jarang," tambah Tan. Terlebih, hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh kebersihan.

Sebagian besar perempuan juga menolak atau enggan menggunakan salah satu metode karena kesalahpahaman lain. Seperti metode IUD atau IUS yang konon bisa menyebabkan infeksi pelvis atau serviks, pindah tempat hingga bergeser ke organ lain.

"Ini adalah kasus yang sangat jarang, meski demikian memang ada yang seperti itu," kata Bitzer. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena kesalahan pemasangan. Seperti, terlalu terburu-buru atau mendorong terlalu keras dan tidak ke arah yang benar. Meski demikian, tambah Bitzer, hal tersebut tidak membahayakan jiwa dan sangat jarang terjadi.

Bitzer menilai, banyak metode kontrasepsi yang bisa dipilih berdasarkan kebutuhan. Metode yang terkenal selama ini adalah sterilisasi (vasektomi dan tubektomi), implan, suntik, IUD, IUS dan pil. "Penting untuk setiap perempuan mengetahui manfaat dan resiko alat kontrasepsi yang digunakannya," ujar Bitzer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement