Ahad 21 Jun 2015 16:31 WIB

Kebutaan Akibat Katarak di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara

Rep: C21/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah warga menunggu pembagian obat setelah menjalani operasi katarak massal di Rumah Sakit Arun NGL Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Foto: Antara
Sejumlah warga menunggu pembagian obat setelah menjalani operasi katarak massal di Rumah Sakit Arun NGL Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, Di dunia sekitar 45 juta orang menderita masalah kebutaan akibat katark. Penderita katarak di Indonesia mencapai 1,5 persen populasi. Atau sekitar tiga juta jiwa, dengan populasi Indonesia sebanyak 250 jiwa.

"Dulu operasi katarak hanya untuk membuka mata kita gelap, agar menjadi terang. Namun sekarang tidak lagi, setelah operasi kondisi mata menjadi lebih baik," ujar spesialis dokter mata, Budi Rianto, Ahad (21/6). Angka penderita katarak di Indonesia menduduki nomor satu di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia.

Pendapat umum menyimpulkan bahwa yang dapat menyelesaikan masalah kebutaan tersebut adalah dokter mata. Salah satu caranya adalah menambah tenaga terampil, sehingga pemberantasan buta pada katarak menjadi lebih terampil.

Kenyataannya jumlah dokter mata di Indonesia yang dapat menggunakan teknik fakoemulsifikasi masih terbatas. Fakoemulsifikasi sendiri adalah cara yang paling baik, aman, mengecilkan komplikasi, sehingga memberikan penglihatan terbaik.

Karena itulah muncul sebuah gagasan untuk mendirikan pusat pelayanan katarak dan sarananya di Rumah Sakit Dr Hasri Ainun Habibie, Bogor. Di sana dokter mata yang telah dapat menggunakan mesin atau teknik baru bernama "Cataract with Phacoemulsification Surgery", akan mengajarkan dokter mata yang belum dapat melakukan atau menggunakan mesin tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement