Jumat 19 Jun 2015 14:00 WIB

Kolak, Si Manis Nan Legendaris

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berbuka puasa tanpa kolak? Hmmm … bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, hal itu terasa kurang afdal. Karena itu, dari zaman dulu hingga sekarang, kolak mungkin menjadi takjil yang paling sering hadir di meja makan keluarga Muslim Indonesia pada saat berbuka. 

Mengapa kolak begitu digemari oleh masyarakat Indonesia? Dari sisi cita rasa, sajian ini memang enak. Ia gurih dan manis karena terbuat dari kuah santan dengan tambahan gula. Kandungan gulanya membuat kolak cocok disantap oleh orang yang berbuka karena cepat mengembalikan energi setelah seharian berpuasa. Selain itu, kolak bisa diolah dalam berbagai variasi sehingga tidak membosankan. 

Meski sangat termasyhur di Indonesia, benarkah kolak merupakan salah satu karya kuliner asli negeri kita? Tentang hal ini, pakar kuliner William Wongso menduga kudapan legit ini berasal dari Timur Tengah.

"Mereka (masyarakat Timur Tengah) itu suka makanan manis-manis gitu, jadi kalau makanan semacam itu, kemungkinan dari sana,'' katanya kepada Republika, Rabu (17/6).

Dari sisi sejarah, sejumlah sumber menyebut, kolak dahulu merupakan salah satu media penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Pada masa itu, masyarakat Jawa belum mengenal Islam dengan baik sehingga para ulama mencoba menerapkan cara sederhana agar masyarakat dapat memahami agama Islam. Dan, cara sederhana itu adalah makanan.

Penamaan kudapan ini pun tidak sembarangan. Terdapat filosofi sendiri hingga akhirnya muncul nama ''kolak''. Konon, ''kolak'' berasal dari kata ''Khalik'' yang artinya Tuhan, pencipta alam semesta, yaitu Allah SWT. Melalui nama ini, para ulama yang menyebarkan Islam di nusantara ingin mengajak masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kolak pun mengandung makna tersendiri. Bahan paling umum untuk isian kolak adalah pisang kepok. Kata ''kepok'' merujuk pada istilah ''kapok''. Harapannya, masyarakat harus kapok atau jera untuk berbuat dosa dan segera bertobat kepada Allah SWT.

Bahan lain yang sering digunakan untuk isian kolak adalah ubi. Di Jawa, ubi dikenal pula dengan istilah ''telo pendem''. Hal ini bermakna, masyarakat harus mengubur kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat sehingga bisa melanjutkan hidup di jalan yang diridhai Allah SWT.

Awalnya, kolak disajikan pada Sya'ban, yakni satu bulan sebelum memasuki Ramadhan. Pada Sya'ban, umat Islam diajak untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai wujud ketakwaan menjelang bulan penuh berkah, yakni Ramadhan. Namun, kemudian, tradisi mengonsumsi kolak tak hanya berlangsung pada Sya'ban, tapi juga berlanjut ke Ramadhan sebagai kudapan buka puasa. Tradisi tersebut nyatanya masih bertahan hingga saat ini.

Tak hanya di Jawa

Mengudap kolak saat berbuka ternyata bukan hanya tradisi orang Jawa. Masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia, bahkan beberapa negara di Asia Tenggara, pun melakukan hal yang sama. 

''Kolak tidak hanya menjadi tradisi orang di Pulau Jawa. Di Padang, misalnya, ada bubur kampiun yang juga mirip kolak,'' kata William.

Di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura, William juga menemukan makanan sejenis kolak. ''Ya pakai santan, cuma ada yang nggak pakai gula aren, ada yang pakai. Kalau di Malaysia, namanya gula malaka," ujar pria yang menguasai seni kuliner Asia dan Eropa ini.

Menurutnya, jenis kolak saat ini merupakan improvisasi dari masing-masing orang. Hal ini terlihat dari hadirnya kolak dengan beragam variasi isian sesuai selera pembuatnya, seperti kolang-kaling, durian, dan lainnya. Bahkan, ia sendiri kerap menambahkan dawet atau cendol dalam isian kolak.

Untuk membuat kolak dengan cita rasa istimewa, ia menyarankan untuk menambahkan sedikit garam. Tujuannya agar kolak terasa lebih gurih alias tidak melulu menyodorkan rasa manis. Tambahkan pula pandan yang akan membuat kolak beraroma lebih harum. Jangan lupa gunakan gula aren agar tercipta cita rasa legit yang istimewa.

Untuk isiannya, pastikan untuk menggunakan bahan-bahan terbaik. ''Menurut saya, pisang yang paling baik dipakai untuk kolak adalah pisang raja. Tapi, pisang raja kan sudah susah (ditemukan), pisang kepok yang bagus juga bisa, yang penting manis dan teksturnya tidak terlalu keras," kata pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 12 April 1947, ini.  c27 ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement