Selasa 16 Jun 2015 00:41 WIB

Menkes: PTM Jadi Penyebab Utama Kematian di Indonesia

Rep: Mursalind Yasland/ Red: Indira Rezkisari
Berolahraga teratur dan menerapkan pola makan sehat bermanfaat untuk mengurangi risiko kanker.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Berolahraga teratur dan menerapkan pola makan sehat bermanfaat untuk mengurangi risiko kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Djuwita Farid Moeloek, menyatakan saat ini beban penyakit sudah bergeser dari penyakit menular kepada penyakit tidak menular (PTM). PTM menjadi penyebab utama kasus kematian yang terjadi di Indonesia belakangan ini.

"Terjadi peningkatan prevalensi PTM belakangan ini. Hal tersebut disebabkan karena perilaku hidup tidak sehat masyarakat," kata Menkes Nila F Moeloek pada pertemuan sejumlah kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, direktur dan kepala rumah sakit, serta beberapa kepala satuan kerja perangkat daerah se-Lampung, di Bandar Lampung, Senin (15/6).

Menurut dia, secara nasional terjadi perubahan drastis dalam dua dekade terakhir, terhadap beban penyakit menular kepada PTM. Sehingga PTM menjadi penyebab utama kasus kematian orang yang terjadi di Indonesia.

Perubahan ini, menurut dia, karena perilaku tidak sehat masyarakat menyebabkan angka kematian meningkat. Ia mencontohkan beban PTM yakni asupan makanan yang tidak berimbang, jarang berolahraga, merokok, dan minum minuman beralkohol.

Ia juga mengatakan belum berhasilnya penyediaan nutrisi yang berimbang terjadi pada anak usia dini. Hal ini dapat mengubah sel DNA, yang berdampak pada anak dengan risiko tinggi badan anak tidak seimbang atau bobot badan anak berlebih. Kondisi anak seperti ini, ia mengatakan lebih berisiko kepada anak-anak, seperti penyakit darah tinggi, kencing manis, dan penyakit kardiovaskuler.

Menurut dia, sebenarnya indeks pembangunan manusia Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Saat ini, Indonesia menempati peringkat 108 dari 187 negara di dunia, dan peringkat kelima di ASEAN. Ke depan, negara ini akan mencapai puncak jumlah penduduk dengan usia produktif atau bonus demografi pada 2020-2035.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement