Senin 01 Jun 2015 19:49 WIB

'Jangan Heran Indonesia Jadi Bangsa Terkorup'

Demo anti korupsi
Foto: Ismar Patrizki/Antara
Demo anti korupsi

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Prof Dr Abdul Malik Fadjar mengemukakan akar permasalahan kebangsaan di Tanah Air adalah pendidikan.

"Pendidikan adalah investasi masa depan dan masalah yang kita hadapi saat ini adalah pendidikan. Oleh karenanya, dalam pertemuan ini kita berupaya mencari satu titik kunci, yakni pentingnya membangun nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan," kata Malik Fadjar dalam pertemuan terbatas dengan praktisi pendidikan Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (1/6).

Dalam pertemuan terbatas tersebut, dihadiri oleh Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Prof Dr Edy Suandi Hamid, Rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Prof Dr Muchlas Samani, guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Dr Suyanto, guru besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Dr Baedhowi, dan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM Dr Poncojari Wahyono.

Ketua APTISI Prof Dr Edy Suandi dalam paparannya menyebutkan pendidikan Indonesia selama ini hanya terfokus pada aspek pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi kurang berpijak pada aspek sikap. Hal itu membuat kejujuran dan integritas merupakan hal langka yang dimiliki anak bangsa ini.

"Kalaupun ada pelajaran terkait pentingnya sikap, itu sebatas pelengkap saja. Tak heran kita pernah menjadi bangsa terkorup di dunia," kata Edy yang juga guru besar Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) ini.

Sementara guru besar Fakultas Ekonomi UNY Prof Suyanto menilai pendidikan di Indonesia miskin inspirasi. Pendidikan itu yang terpenting menginspirasi, sebab semua teknologi lahir dari inspirasi dan imajinasi.

Agar bisa menginspirasi, katanya, harus dibangun masyarakat pembelajar yang menguasai delapan keterampilan dan relevan dengan abad ini (21st century skills), yaitu kepemimpinan, literasi digital, komunikasi, kecerdasan emosional, kewirausahaan, kewargaan global, serta kemampuan problem-solving dan team-working.

Sedangkan Rektor Unesa Prof Muchlas Samani menyarankan rancangan pendidikan harus didasarkan atas prediksi situasi 20 tahun mendatang agar hasilnya sesuai dengan situasi ketika lulusan terjun ke masyarakat.

"Agar pendidikan Indonesia mampu menghadapi persaingan global, tak hanya siswa yang dituntut memiliki skill abad 21, tapi guru dan dosen harus menyesuaikan cara pembelajarannya agar selaras dengan tujuan tersebut," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement