Senin 01 Jun 2015 16:04 WIB

Anggota Wantimpres Adakan Pertemuan dengan Pakar Pendidikan di UMM

Anggota Wantimpres  Abdul Malik Fadjar (tengah).
Foto: UMM
Anggota Wantimpres Abdul Malik Fadjar (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pendidikan adalah investasi masa depan. Akar utama masalah kebangsaan adalah masalah pendidikan. Hal itulah yang melatari anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Prof Abdul Malik Fadjar mengadakan pertemuan terbatas dengan para pakar dan praktisi pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (1/6).

Pertemuan tersebut menghadirkan narasumber; ketua umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Prof Edy Suandi Hamid, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Muchlas Samani, guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Suyanto, guru besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Baedhowi, dan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM Poncojari Wahyono.

Mengambil tema ‘Pendidikan dan Kualitas Manusia Indonesia’, Malik Fadjar mengungkapkan, pertemuan yang digelarnya berupaya mencari satu titik kunci, yaitu pentingnya membangun nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan.

Karena itu, kata Malik, para narasumber yang diminta pendapatnya adalah mereka yang sudah berpengalaman di bidang pendidikan, baik sebagai akademisi maupun praktisi. Selain di UMM, forum seperti ini juga diadakan di kampus-kampus lainnya untuk menjaring gagasan-gagasan inovatif bagi pendidikan Indonesia.

Edy Suandi dalam paparannya menyebutkan, pendidikan Indonesia selama itu terlampau terfokus pada aspek knowledge dan skill, tapi kurang berpijak pada aspek attitude atau sikap. Hal itu membuat kejujuran dan intergritas merupakan hal langka yang dimiliki anak bangsa ini.

“Kalaupun ada pelajaran terkait pentingnya sikap, itu sebatas pelengkap saja. Tak heran kita pernah menjadi bangsa terkorup di dunia,” kata guru besar ilmu ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) tersebut.

Di lain pihak, Suyanto menilai, pendidikan Indonesia miskin inspirasi. Bagi Suyanto, agar menginspirasi, maka harus dibangun masyarakat pembelajar yang menguasai delapan keterampilan yang relevan dengan 21st century skills, yaitu kepemimpinan, literasi digital, komunikasi, kecerdasan emosional, kewirausahaan, kewargaan global, serta kemampuan problem solving dan team working.

“Pendidikan itu yang terpenting menginspirasi, semua teknologi lahir dari inspirasi dan imajinasi,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement