Jumat 29 May 2015 01:34 WIB

Duel Pengurus Tenis Meja, Atlet Seperti Bola Pingpong

Rep: C02/ Red: Julkifli Marbun
Tenis Meja (ilustrasi)
Foto: Antara/Andika Wahyu
Tenis Meja (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Pertarungan dua kubu Pengurus Besar (PB) Tenis Meja antara Oeroseno dengan Marzukie Ali ternyata berimbas pada atlet Sea Games 2015 di Singapura. Keduanya saling  mencampuri soal atlet yang akan diberangkatkan untuk laga awal Juni nanti. Beruntung saja Satlak Prima mengambil alih persiapan atlet.  Mereka diseleksi satu persatu dari seluruh atlet Tenis Meja yang berprestasi.   Usai seleksi itu maka terpilihlah delapan atlet yang siap berangkat ke negeri berpatung singa.

Sebelumnya dalam Surat Keputusan (SK) Satlak Prima Kemenpora ada 10 nama yang akan berlaga di Sea Games Singapura. Mereka Yon Mardiono, Ficky Supit, Gilang Maulana, Ahmad Dahlan Haruri, Arif Setiawan,  Gustin Dwijayanti , Kharisma Nur Hawa, Komala Safitri, Mira dan Rina. Tapi, KOI hanya mengambil enam  pemain dari 10 pemain itu.  Arif Setiawan, Komala Safitri, Mira dan Rina terpaksa harus menunggu laga  Sea Games berikutnya.

Namun jelang akhir persiapan,  Yon Mardiono yang menjadi andalan tenis meja di Sea Games nanti ditarik PB tenis meja dari kubu Oegroseno.  Tentang hal ini, PB Tenis Meja Oegroseno mengirimkan Surat Keputusan (SK) ke Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan KOI pun menyetujui SK itu.  Dalam SK itu, Yon Mardiono akan digantikan oleh atlet muda terbaik Jawa Timur, Gilang Ramadhan. Bahkan SK itu juga menambahkan dua atlet putri lainnya yaitu Lilis dan Novita.  Hingga kini, penambahan tiga nama atlet baru untuk Sea Games itu masih menjadi tanda tanya besar bagi atlet lainnya dan pelatih.

Pelatih atlet Sea Games tenis meja, Jopie Warsono menyayangkan hal ini dan terus mempertanyakan pencabutan nama Yon Mardiono itu. Apalagi pengganti Yon Mardiono tidak mempunyai prestasi di skala nasional. Jopie mengatakan patokan untuk berlaga di kancah internasional adalah prestasi nasional.  Tanpa prestasi itu, atlet tidak akan sanggup  berlaga di kompetisi internasional.  

“Ini permasalahannya adalah jam terbang. Gilang Ramadhan belum mempunyai jam terbang untuk Sea Games.  Patokannya adalah prestasi,” ujar  Jopie Warsono.

Kehilangan Yon Mardiono berarti harapan medali emas Tenis Meja Sea Games hampir pupus.  Sebab Yon yang sudah cocok  berkolaborasi dengan Ficky Supit digantikan Gilang Ramadhan. Bagi Jopie penggantian yang cepat itu sangat tidak memungkinkan Gilang Ramadhan mampu  berkolaborasi dengan Ficky.   Sebab untuk mencocokkan diri dalam kolaborasi perlu waktu berbulan-bulan dan Yon dengan Ficky sudah cocok. Jika  penggantian itu terjadi dalam minggu in, maka mustahil  tenis meja Indonesia bisa bertarung dengan atlet tenis meja dari negara lain.  Apalagi dengan Singapura yang merupakan salah satu tim terbaik di Asia.

Karena penggantian inipun, Jopie pun merasa dipusingkan.  Gilang adalah pemain kidal, begitupun dengan Ficky.  Ia memprediksi bakalan sulit bagi keduanya  bisa cocok bermain berdua. Untuk itu, Jopie menanyakan kualitas  Gilang kepada pelatihnya, Haryo.  Hasilnya, pemain yang dilatih Haryo tidak lebih baik dari yang dilatihnya.  Di Indonesia saja,  Gilang Ramadhan tidak masuk dalam 20 besar pemain tenis meja terbaik.  Bahkan untuk bertarung dengan atlet DKI atau Jawa Tengah, Gilang masih kesulitan.

“Dia benar-benar tidak sebanding dengan Yon yang sudah punya banyak jam terbang,” kata Jopie

Terkait penggantian Yon, pembicaraan pertama antara Jopie, KOI dan Taufik Hidayat yang menjadi duta Indonesia untuk Sea Games di Singapura akhirnya memasukan nama Yon ke daftar tunggu keberangkatan atlet. Tapi kata Jopie, Yon tidak mau menerima namanya dimasukkan ke daftar tunggu itu.  Pada Kamis (28/5), Jopie kembali membicarakan hal ini dengan KOI.  Akhirnya Yon menjadi pemain kesembilan tenis meja di Sea Games Singapura.

Dalam Tenis Meja, Yon Mardiono memang belum bisa digantikan sampai sekarang ini. Dia adalah atlet tenis meja senior yang sudah berprestasi di kancah internasional.   Bahkan akan menjadi harapan untuk membawa mendali emas tenis meja pulang ke Indonesia.

Kekecewaan Yon Mardiono

Yon Mardiono atlet tenis meja senior dengan segudang prestasi kecewa dengan putusan KOI.  Ia mengatakan KOI  seharusnya tidak memutuskan pemain yang berangkat ke Singapura berdasarkan SK dari PB Tenis Meja.  Sebab atlet untuk Sea Games tidak membawa nama PB ke Sea Games. Hanya ada satu nama yang dibawa atlet ke Singapura. Yaitu nama Indonesia  dengan bendera Merah Putihnya.  Maka dari itu, KOI harusnya memutuskan keberangkatan itu berdasarkan SK dari Satlak Prima Kemenpora. Karena Satlak Primalah adalah bagian dari negara yang mengurus atlet dan seluruh persiapannya untuk Sea Games.

Selain itu kata Yon, memutuskan pemain yang berangkat juga harus berdasarkan prestasi. Karena atlet yang berlaga di Sea Games nanti memperjuangkan nama bangsa Indonesia. Alasannya adalah prestasi jelas menentukan atlet mempunyai kualitas untuk berlaga di kancah internasional.  Tapi, jika hanya ingin mencoba kehebatan seorang atlet. Sea Games bukanlah tempat yang cocok.  Atlet berkualitas atau tidak itu diacukan pada persaingannya di kancah nasional. Setelah mereka mampu membuktikan itu, maka  Yon mempersilahkannya untuk berlaga di kancah internasional.

“Saya bukannya meremehkan. Tapi yang menjadi acuannya adalah prestasi. Kalau kualitas saya jauh di bawah dia (Gilang Ramadhan) tidak masalah saya akan mengalah,” ujar Yon Mahmudi.

Saat ditanyakan ke KOI,  Yon malah mendapat jawaban aneh.  Yon meyebutkan KOI memutuskan untuk mengambil tiga pemain dari PB Tenis Meja Oegroseno untuk menyeimbangkan atlet dari PB tenis meja Marzukie Ali.  Alasan itu bagi Yon sangat tidak logis. Karena KOI seperti bermain-main dan sekedar coba-coba untuk  laga seperti Sea Games. Sehingga posisi atlet yang akan mengharumkan nama bangsa tidak bernilai apapun.

Meskipun diperjuangkan kembali  untuk berangkat ke Sea Games.  Yon  Mardiono masih merasa kesal dengan keputusan itu.  Apalagi namanya dimasukkan ke dalam daftar tunggu.  Ia yang sudah mempersiapkan diri dengan atlet lainnya selama delapan bulan itu terasa sia-sia. Sebab ia kerahkan seluruh kemampuan dan waktunya hanya untuk  memperjuangkan Indonesia di Sea Games.  

Baginya, ke Singapura bukanlah untuk mencicipi rasanya menginjakkan kaki di Singapura.  Tapi memang benar-benar ingin berlaga meskipun uang saku yang diberikan jauh lebih kecil dari usahanya sendiri.  

“Saya ke ingin ke Singapura bukan untuk bermain-main. Tapi saya ingin ke sana untuk mengharumkan nama bangsa. Kalau hanya disuruh ke Singapura untuk sekedar mengunjungi, Saya bisa berkali-kali ke sana,” kata Yon

Yon merasa pencabutan namanya dari atlet tenis meja Sea Games diakibatkan dari dualisme kepemimpinan PB Tenis Meja.  Atlet sudah menjadi korban politik dari dualisme kepemimpinan PB Tenis Meja.  Karena PB tenis meja sekarang sudah sangat kacau.  Yon menilai PB Tenis Meja  seperti punya atlet Tenis Meja masing-masing.  PB Tenis Meja yang dipimpin Oegroseno tidak akan mau membawa atlet dari PB Tenis Meja Marzukie Ali, begitu juga sebaliknya.  Padahal atlet bukanlah milik PB. Atlet hanya berjuang untuk olahraganya dan menjunjung tinggi sportivitas.

Mencoba menghubungi PB terkait alasan pencabutan nama itu. PB masih enggan untuk memberikan alasan. Hanya KOI yang menjawab keluh kesah Yon dengan jawaban yang sangat aneh.  Tapi karena diminta sang pelati Jopie, Yon masih tetap mempersiapkan diri untuk Sea Games 2015.

Tidak hanya menyeleksi atlet yang akan berangkat. Satlak Prima juga memberikan semua persiapan yang dibutuhkan atlet. Mulai dari tempat tinggal sampai tempat latihan yang berstandar internasional. Sebanyak delapan atlet tenis meja  diinapkan di apartemen Baywalk Pluit Jakarta Utara. Di situ mereka juga mendapatkan fasilitas olahraga lengkap dengan teknologi yang menawan.  

Untuk latihan mereka hanya perlu turun ke mall. Di situ ada tempat latihan dengan fasilitas 12 meja pingpong dengan merek Donik. Apalagi juga dilengkapi dengan seluruh perangkatnya yang juga sesuai dengan standar Sea Games nanti.  Tidak tanggung-tanggung ruangannya pun mempunyai  AC dengan suhu yang dibutuhkan oleh atlet. Sehingga atlet tidak mudah dehidrasi dan sakit usai latihan.  Bahkan bola yang dipakai adalah bola standar Sea Games yang  berukuran lebih besar dari bola biasa.  Sedangkan untuk latihan fisik, mereka pun mendapatkan ruangan fitnes tersendiri yang juga berstandar internasional.

Untuk makanan memang atlet tidak mendapatkan makanan khusus. Atlet hanya diberikan nasi kotak dengan lauk seperti udang, ikan, ayam atau lauk lainnya. Namun sayangnya atlet tidak diberikan penyeimbang makanan itu. Tidak ada suplemen atau vitamin yang diberikan. Atlet hanya mempersiapkannya sendiri  dengan membeli vitamin dan suplemen sesuai kebutuhannya masing-masing.  

Fasilitas ini tentu sangat berbeda dengan fasilitas yang dimiliki oleh PB Tenis meja. Berlokasi di Senayan, tempat latihan milik PB Tenis meja itu hanya menyediakan 10 meja pingpong  yang belum berstandar internasional.   Setiap meja yang ada di Senayan itu diberikan tiga lampu penerangan biasa layaknya lampu tempat bermain bliard. Tidak ada AC, bahkan kipas anginpun tak terlihat di sudut ruangan.  Jangankan untuk bermain di ruangan itu. Untuk buang air atlet saja masih kurang cukup. Hanya ada satu kamar mandi dengan water Closed (WC) dan satu bak kecil. Itu baru untuk latihan skill saat bermain tenis meja saja. Latihan fisiknya, atlet harus berlari mengitari stadion atau menyewa tempat latihan fitnes di luar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement