Rabu 27 May 2015 09:19 WIB

Ayo, Rebut Kesempatan Menjadi Peneliti Muda di Maarif Institute!

Rep: c 14/ Red: Indah Wulandari
Pembina Yayasan Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif saat memberikan pidato pada acara malam tasyakuran 10 tahun Maarif Institute di Jakarta, Jumat (7/6)
Foto: Republika/Prayogi
Pembina Yayasan Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif saat memberikan pidato pada acara malam tasyakuran 10 tahun Maarif Institute di Jakarta, Jumat (7/6)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Maarif Institute for Culture and Humanity menyelenggarakan Maarif Fellowship (MAF) 2015 bagi para peneliti muda tingkat sarjana yang sedang menyelesaikan skripsi atau fresh graduate S1.

MAF berlangsung selama enam bulan, dimulai dari tahap seleksi, riset, penulisan, hingga penganugerahan.

"Ini kesempatan yang jarang, sebenarnya. Karena, yang sering itu, program fellowship bagi mereka peneliti yang sudah jadi. Makanya, ini menjadi investasi bagi kelompok anak-anak muda yang punya potensi," ujar salah satu anggota dewan juri MAF 2015, Dr Sandra Hamid, Selasa (26/5).

Tenggat waktu pengiriman proposal riset para peserta, yakni pada 28 Juli 2015. Proposal penelitian bisa juga dikirim via surat elektronik ke [email protected]. Nantinya, dewan juri memilih para finalis penerima MAF 2015 dari 10 nama pengirim proposal penelitian terbaik.

Para penerima MAF, ujar Sandra, akan difasilitasi untuk berinteraksi dengan peneliti-peneliti senior dari lintas universitas dan lembaga terkait riset yang sedang mereka kerjakan. Adapun tema MAF pada tahun ini ialah isu sektarianisme.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Muhammad Najib Azca yang menjadi salah satu anggota dewan juri mengatakan, isu sektarianisme menemukan konteksnya pada situasi terkini, baik yang terjadi di luar maupun terutama dalam negeri.

Misalnya, mencuatnya persoalan Syiah, fenomena takfiri (pengafiran), atau pembantaian ribuan etnis Rohingya di Myanmar oleh kelompok Buddha ekstrem, hingga fenomena ISIS.

Menurut Azca, gejolak yang terjadi di lingkup internasional berpengaruh cukup besar bagi tingkat lokal.

"Kita tidak bisa melihat geliat di tingkat lokal itu semata-mata bersifat lokal. Ada irisan atau relasi dengan isu internasional," ucap Najib.

Hal senada disampaikan sosiolog Universitas Indonesia (UI) Dr Francisca Erry Seda. "Fokusnya tetap pada gejala sektarianisme kelompok keagamaan di tingkat lokal. Bahwa itu ada pengaruh dari global, regional, nasional, itu pasti," katanya.

Para kandidat yang lolos seleksi akan diberi kesempatan menjadi visiting researchers di Maarif Institute. Kemudian, mereka akan mengikuti pelatihan dan karya hasil risetnya akab diterbitkan oleh Maarif Institute. Selain itu, para finalis akan menjadi associate peneliti Maarif Institute.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement