Senin 20 Apr 2015 13:32 WIB

Menelisik Layanan Transjakarta (Bagian 1): Antre, Mogok, dan Kerusakan Armada

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah satu dekade Transjakarta beroperasi sejak 2004. Tapi, berbagai persoalan masih membelitnya. Di antaranya, armada yang masih jauh memadai jumlahnya, pun kondisi armada yang banyak tak laik jalan. Akibatnya, jadwal keberangkatan/kedatangan pun belum bisa setiap lima menit seperti yang dijanjikan. Para penumpang harus menunggu berlama-lama datangnya bus. Kondisi halte dan bus yang rusak membuat naik Transjakarta tak lagi nyaman. Wartawan Republika, Rossy Handayani dan Indah Khairunnisah, mengungkap permasalahan seputar layanan Transjakarta. Berikut tulisannya.

***

Deretan penumpang terlihat mengular di halte Transjakarta Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Para penumpang menumpuk di halte Dukuh Atas 2.  Bahkan, antrean penumpang bisa sampai di ramp yang menuju ke halte Dukuh Atas 1.

"Sudah gitu tidak jelas mana antrean yang ke Ragunan dan mana yang ke Pulogadung saking penuhnya,'' ujar Cita Rohmatul Inayah, calon penumpang yang juga pengajar bimbingan belajar di daerah Blok M, Rabu (1/4).

Tidak hanya antrean penumpang, antrean juga terjadi pada bus Transjakarta. Tepat pada jam pulang kerja, sejumlah bus yang seharusnya beroperasi melayani para penumpang justru terlihat tengah antre untuk melakukan perbaikan. Beberapa bus berhenti karena berbagai macam permasalahan, seperti pendingin mati atau temperatur bus terlampau panas.

Bus Transjakarta dengan nomor bodi JTM-017 di halte Dukuh Atas pada pukul 13.00 WIB harus berhenti karena permasalahan rem angin. Bukan hanya pintu bus yang tersumbat, melainkan rem kemudi bus juga dalam kondisi seperti ini.

Bus yang sudah terbilang ujur itu lalu dipindahkan ke depan halte dan diparkir di bahu jalan. Asrul Zani juga mengeluhkan bus yang dikemudikannya karena jarum angin speedometer sudah mencapai angka enam ketika melaju dari Ragunan menuju Dukuh Atas. Padahal, jika jarum sudah menunjukkan angka lima, berarti sudah masuk ke dalam area merah.

Bus terpaksa berhenti beroperasi dan teknisi mencoba untuk memperbaikinya. Selama 1,5 jam perbaikan, jarum angin hanya mencapai angka tiga maupun lima. Untuk perbaikan di tempat, tanpa mengganggu operasional memang diberikan waktu selama dua jam.

Namun, mobil bermerek Daewoo yang sudah beroperasi sejak 2007 itu tak bisa juga diperbaiki. Akhirnya, Asrul memutuskan untuk membawa bus langsung pulang tanpa mengangkut penumpang. Jarum angin sudah melewati area merah, namun belum bisa mencapai angka normal.

Para penumpang yang antre menghela napas karena Transjakarta yang datang untuk menurunkan penumpang berangkat lagi tanpa membawa penumpang karena rusak atau akan mengisi bahan bakar. Padahal, terkadang mereka harus berlarian dari halte penghubung untuk mengejar bus yang akan berangkat. 

Ada beberapa hal yang membuat penumpang harus menunggu lama. Salah satunya adalah kerusakan yang dialami oleh bus-bus Transjakarta yang sudah tidak layak jalan. Keadaan ini bahkan dapat terlihat dan dirasakan langsung oleh pengguna transportasi andalan Kota Jakarta ini. 

Bus Transjakarta JTM 022 Ragunan-Monas, misalnya, layar petunjuk temperatur air conditioner (AC) bus menunjukkan angka 30 derajat Celsius. Pantas saja terlihat beberapa penumpang mengipas-ngipas kegerahan.

Sepanjang jalan terdengar bunyi berdecit dan bunyi berisik lainnya yang berasal dari rangka badan dan pintu bus yang sedang membuka atau menutup. Suara-suara tersebut terdengar mengkhawatirkan.

Hal yang tidak jauh berbeda dilihat dari bus Transjakarta JTM 054 Dukuh Atas-Ragunan. Bus ini memiliki AC yang tidak lagi dingin dengan lubang AC yang dipenuhi debu. 

Bahkan, pramudinya, Deddy Suryana, berkeringat karena kegerahan. "Bukan penumpang aja yang kegerahan," celetuk Deddy sambil mengelap keringatnya dengan sebuah handuk kecil berwarna putih.

Rabu (1/4) itu, bus yang dia kendarai baru saja diperbaiki di halte Dukuh Atas 2 karena masalah rem. Ada tiga bus lainnya yang parkir di Dukuh Atas untuk diperbaiki. Pemandangan yang mirip dengan halte Dukuh Atas 2 juga terjadi di halte Ragunan. Ada empat bus yang sedang storing di dekat halte Ragunan. Banyaknya bus yang antre perbaikan membuat jumlah armada yang melayani penumpang menjadi berkurang.

Bus-bus di bawah operator PT Jakarta Trans Metropolitan (JTM) rata-rata sudah beroperasi delapan tahun. Kondisinya menuntut peremajaan. Menurut Heru Prasetyo, montir resmi JTM, bus-bus tersebut mulai sering mengalami kerusakan setelah enam tahun beroperasi.

Bus-bus tersebut bukan tanpa perawatan. Sebelum beroperasi, setiap bus yang akan keluar dari pul diperiksa dari badan bus, mesin, ruang mesin, kolong kendaraan, jalan (rem dan kopling), AC, dan pintu. Setelah montir selesai mengisi Lembaran Pemeriksaaan Sebelum Operasi (LPSO), baru bus dapat beroperasi.

Setiap harinya, 10  bus yang selesai beroperasi diperiksa oleh montir dari steam radiator, semprot angin, air aki, oli, badan, dan pintu bus di pul JTM di Kramat Jati, Jakarta Timur. Setiap 10 ribu km, bus juga diservis secara menyeluruh, mulai dari mesin, kaki-kaki, pintu, hingga mengganti oli mesin, transmisi, dan gardan.

Namun, umur bus yang sudah tua itu mengalami berbagai kerusakan saat bus beroperasi. Untuk itu, JTM menyiagakan montir di halte-halte terakhir koridor 4 dan dan koridor 6, seperti halte Ragunan, halte Dukuh Atas 2, dan SPBG Pemuda (sebelum halte Pulogadung).

Di halte Dukuh Atas 2 ditempatkan dua orang montir, di halte Ragunan ditempatkan tiga orang montir, di SPBG Pemuda ditempatkan satu orang montir. Bus-bus JTM yang sudah digunakan sejak 2007 beroperasi di koridor 4 Pulo Gadung-Dukuh Atas (enam unit), 12 unit di koridor 6B Ragunan-Monas, dan 40 unit di koridor 6 Ragunan-Dukuh Atas.

Montir-montir di lapangan ini bertugas untuk memperbaiki kerusakan ringan seputar suspensi, aki soak, atau pintu yang susah dibuka atau ditutup. Sepanjang perjalanan di koridor 6 itu, pintu bus Transjakarta dibuka-tutup sebanyak 240 kali dalam satu ritase.

Dalam sehari, Heru bisa memperbaiki 10-11 bus yang mengalami kerusakan di halte Dukuh Atas 2. "Itu juga bergantung pada perawatan dari pulnya dan cuaca hari itu. Kalau hari itu hujan deras, bisa lebih banyak lagi," kata Heru.

Kerusakan bus yang sering kali dikeluhkan pramudi biasanya adalah penbel lepas, rem, AC bocor, dan angin yang kosong. Bengkel resmi JTM menangani keluhan-keluhan tersebut dengan menempatkan montir-montir di halte terakhir Transjakarta koridor 4 dan 6.

Heru sering kewalahan memperbaiki bus-bus tersebut, tapi ia menyiasatinya dengan berkoordinasi dengan montir di halte lain. Ia tidak hanya harus siaga memperbaiki di halte Dukuh Atas 2, tapi juga memperbaikinya di jalur ketika bus sedang mogok di tengah jalan.  ed: Muhammad Fakhruddin 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement