Jumat 17 Apr 2015 17:48 WIB

Rabies Membunuh 160 Orang Per Hari

Rep: Gita Amanda/ Red: Indira Rezkisari
 Petugas Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta menyuntikkan vaksin Rabies kepada kucing peliharaan warga di Perumahan Bintaro Permai, Jakarta Selatan, Rabu (3/9).   (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta menyuntikkan vaksin Rabies kepada kucing peliharaan warga di Perumahan Bintaro Permai, Jakarta Selatan, Rabu (3/9). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, Aliansi Global untuk Kontrol Rabies melaporkan, sekitar 59 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat penularan rabies oleh anjing. Korban terparah dilaporkan berasal dari daerah-daerah miskin di dunia.

BBC News Jumat (17/4) melaporkan, sekitar 160 orang meninggal setiap hari akibat rabies. Sebagian besar kasus terjadi di Asia, yang menyumbang 60 persen kematian akibat rabies sementara Afrika 36 persen.

Laporan mengatakan, proporsi anjing yang divaksinasi di semua negara Afrika dan Asia jauh di bawah standar. Di India kematian akibat rabies pada manusia mencapai 35 persen. Para penulis laporan mengatakan vaksinasi pada anjing harus lebih dilakukan. Upaya ini khususnya harus ditingkatkan untuk negara-negara berpenghasilan rendah.

Vaksin untuk korban gigitan juga harus lebih terjangkau dan lebih banyak tersedia di banyak daerah. Padahal infeksi virus rabies yang fatal hampir 100 persen bisa dicegah.

Infeksi rabies dapat menginfeksi semua mamalia. Tetapi infeksi dari anjing domestik, menyebabkan 99 persen kematian pada manusia akibat rabies. Kebanyakan negara maju, termasuk Inggris telah mengeleminasi rabies dari populasi anjing mereka. Namun di banyak negara berkembang, rabies masih menghinggapi anjing domestik dan kerap tak terkontrol.

Pemimpin penelitian Dr Katie Hampson dari Universitas Glasgow mengarakan, penelitian ini merupakan pertama kalinya untuk memperkirakan dampak rabies anjing. Penelitian juga diharapkan dapat menemukan cara bagaimana mengendalikan kasus ini di setiap negara di dunia.

"Luasnya data yang digunakan dalam penelitian jauh lebih besar dari yang pernah dianalisis sebelumnya, sehingga hasilnya lebih rinci," kata Hampson.

Direktur Eksekutif Aliansi Global untuk Kontrol Rabies Profesor Louis Nel mengatakan, sudah semestinya tak ada lagi korban akibat rabies. Nel berjanji untuk terus berupaya mengatasi masalah ini. "Tak ada yang harus mati karena rabies dan kami akan terus bekerja sama menuju penghapusan rabies global," kata Nel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement