Jumat 17 Apr 2015 05:47 WIB

Mengembangkan Program Studi Strategis dan Penting

Rep: C73/ Red: Julkifli Marbun
UGM
UGM

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Pada dasarnya, setiap program studi (prodi) pada perguruan tinggi menghasilkan manfaat sesuai bidang keilmuannya masing-masing. Namun demikian, jumlah peminat pada masing-masing prodi berbeda. Hal ini memperlihatkan sejumlah jurusan atau prodi yang dinilai favorit atau banyak diburu calon mahasiwa. Namun adapula, prodi yang dinilai strategis dan penting, akan tetapi perbandingan jumlah peminat dibanding prodi lainnya tergolong sedikit.

Di Universitas Gadjah Mada misalnya, terdapat beberapa prodi yang memiliki jumlah peminat terbesar. Wakil rektor bidang akademik dan kemahasiswaan UGM, Iwan Dwiprahasto, mengatakan peminatan pada prodi di UGM dibagi ke dalam beberapa kategori. Pertama, peminatan berdasarkan ranking tinggi skors. Misalnya, terdapat prodi yang dijejali oleh pendaftar yang memiliki nilai tinggi seperti fakultas kedokteran. Selektivitas dari 100 orang pendaftar pada fakultas kedokteran, jumlah yang diterima yaitu 3,4persen.

Selanjutnya, prodi dilihat dari jumlah pendaftar seperti prodi pariwisata, prodi gizi, dan komputer. Program studi tersebut memiliki daya saing cukup tinggi. Selain memiliki pendaftar jumlah besar, juga memiliki distribusi yang luas seperti prodi akuntansi. Dari 100 orang pendaftar, hanya 2,1persen yang diterima.

Sementara itu, adapula peminat yang tergolong menengah tetapi dinilai strategis seperti prodi teknik sipil, teknik arsitektur dan teknik nuklir. Selektivitas atau daya tembus pada masing-masing prodi dari 100 pendaftar ialah rata-rata di bawah 8persen.

Namun demikian, UGM dalam hal ini berupaya untuk melakukan sosialisasi dan promosi ke sekolah menengah mengenai prospek lapangan kerja dan gambaran profil alumni dari prodi tersebut. Umumnya, sebagian pelajar hanya mengenal jurusan seperti kedokteran dan profesi insinyur. Sementara prodi lain seperti sosiologi, ilmu filsafat, atau pun teknik nuklir kurang begitu dikenal.

Kampus berupaya menjelaskan mengenai isu seperti energi terbarukan dan ketahanan pangan, yang sangat penting dalam beberapa tahun ke depan. Isu tersebut memerlukan pemecahan masalah dari alumni prodi tertentu seperti teknik nuklir. Demikian juga rekayasa makanan menyangkut ketahanan pangan ke depan, yang dikaitkan dengan prospek kerjanya  dalam industri.

Berbeda dengan UGM, di Institut Teknologi Bandung (ITB) jumlah peminat yang tergolong paling banyak berdasarkan data statistik tahun lalu ialah fakultas teknik pertambangan dan perminyakan, fakultas teknologi industri, dan sekolah teknik elektro informastika.  Demikian dipaparkan oleh rektor ITB, Kadarsah Suryadi.

Namun demikian, di ITB terdapat program yang dinilai strategis seperti astronomi. Prodi ini dinilai penting, karena prodi astronomi di ITB hanya ada satu-satunya di Indonesia. Namun demikian, jumlah peminat prodi ini menurutnya tidak sebanyak seperti prodi lainnya.

Untuk mendorong perkembangan dan jumlah peminat prodi tersebut, ITB memasukkan prodi yang tergolong strategis dan beberapa prodi baru dalam program jalur peminatan agar lebih dikenal masyarakat.

“Anak tidak memilih fakultas, tapi langsung memilih program studi seperti astronomi, oceanografi, meteorologi. Semua prodi baru yang baru dibuka masuk dalam program peminatan,” paparnya..

Dengan peminatan, calon mahasiswa langsung memiliki kepastian mendapat program studi. Sementara dalam memilih fakultas, nilai TPB calon mahasiswa harus dikompetisikan terlebih dahulu untuk mendapat prodi yang dituju.

Sementara itu, rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Sari Bahagiarti menuturkan tiga prodi dengan peminat terbesar yaitu prodi perminyakan, pertambangan, dan geologi. Namun demikian, terdapat prodi yang dinilai penting tetapi peminatnya kurang seperti fakultas pertanian.

Ia menerangkan, prodi pada fakultas pertanian dinilai penting menyangkut ketahanan pangan di Indonesia. Sebagai negara agraris, kenyataanya Indonesia mengimpor bahan pangan seperti kedelai dan beras. Karena itu menurutnya, Indonesia masih kekurangan tenaga ahli dalam bidang pertanian. Pemahaman ini penting disampaikan, agar generasi mendatang memiliki minat lebih di bidang pertanian. Hal itu agar, tenaga kerja dari luar negeri tidak berbondong-bondong ke Indonesia dan mengambil alih posisi tenaga kerja di bidang tersebut. Dalam hal ini, UPN melakukan upaya sosialisasi dan promosi kepada calon mahasiswa.

Menanggapi hal ini, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan polarisasi antara prodi yang favorit dari segi peminatnya dan prodi yang tergolong sedikit peminatnya bergantung pada suplai dan demand.

“Seyogyanya, demand akan lulusan tinggi tetapi suplainya rendah. Sehingga, lulusannya dapat semua terserap di dunia kerja. Yang terjadi adalah, demand akan lulusan tersebut rendah, namun suplainya tinggi,” terang mantan dekan Fakultas Ekonomi Undip ini.

Demand (permintaan) yang rendah akan lulusan prodi tersebut menurutnya, disebabkan karena potensi di bidang yang bersangkutan tidak dikembangkan. Misalnya, prodi teknik sipil yang menghasilkan banyak lulusan. Sementara, tidak ada pembangunan.

Kini dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan infrastruktur, Indonesia justru mengalami kekurangan insinyur. Tenaga ahli insinyur kini tengah dibutuhkan dalam bidang seperti pembangkit listrik tenaga uap, pelabuhan, jalan raya dan sebagainya. Dikhawatirkan, tenaga kerja dari luar negeri berbondong-bondong ke Indonesia dan mengambil alih posisi tersebut.

Karena itu menurut Nasir, pemerintah berupaya mempercepat akan kebutuhan insinyur. Kini perusahaan besar seperti Telkom telah memiliki universitas. Selanjutnya, Pertamina juga didorong untuk mendirikan universitas guna menghasilkan banyak tenaga insinyur.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement