Selasa 03 Mar 2015 18:00 WIB

Harga Naik, Dompet Tercekik

Red:

Kenaikan harga kebutuhan pokok yang mencapai 30 persen benar-benar membuat masyarakat menengah ke bawah memutar otak. Harga beras kualitas menengah naik dari Rp 9.000 menjadi Rp 12 ribu per kilogram.

Tak hanya beras, harga gas elpiji tiga kilogram menjadi Rp 19 ribu per tabung. Bahkan, ada yang menjual lebih dari harga tersebut. "Mungkin karena langka, banyak orang yang cari, makanya si penjual ambil kesempatan," ucap Sum Marliana, ibu rumah tangga di Kawasan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.

Meski harga kebutuhan pokok naik, Sum tetap membelinya karena memang memerlukannya. "Kalau harga baju yang naik, kita bisa nggak beli. Tapi, kalau ini kan kebutuhan pokok, jadi mau tidak mau harus beli meski harga selangit," ujarnya.

Hal yang bisa Sum lakukan adalah mengontrol pengeluaran dari pos lain. Misalnya, mengerem hasrat belanja barang yang tidak terlalu penting. "Sekarang kalau mau belanja baju atau kosmetik, harus pikir dua kali. Ini benar butuh atau cuma karena ingin saja," katanya.

Namun, bukan berarti Sum tidak memiliki dana untuk menyenangkan diri. "Hanya dikurangi saja, baik dana atau frekuensinya," kata ibu dari satu anak ini. Beberapa pengeluaran yang ingin ia kurangi, antara lain dana untuk membeli baju, kosmetik, camilan, dan nongkrong di coffee shop.

Hal serupa dilakukan Anggun Yuliani Putri. Sebisa mungkin ia mengurangi tagihan-tagihan yang ada, misalnya, tagihan listrik dan kartu kredit. "Cara mengurangi besarnya tagihan yakni dengan meminimalkan penggunaannya," kata perempuan kelahiran Jakarta, 14 Maret 1985 ini.

Untuk konsumsi keluarga, meski karbohidrat tidak hanya terkandung dalam beras, Anggun tak ingin menggantinya dengan bahan lain, seperti jagung atau kentang. "Walau semahal apa pun tetap dibeli karena sudah terbiasa makan nasi," ucapnya.

Kalau ada uang lebih, kata Anggun, ia memilih membeli barang produktif dibanding barang konsumtif, misalnya emas. Harga emas cenderung mengalami peningkatan sehingga memberi nilai tambah. Menurutnya, tak menutup kemungkinan pada hari-hari ke depan harga kebutuhan pokok semakin naik. Jika sudah tak mampu lagi mengandalkan penghasilannya setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, Anggun akan menggunakan emasnya tadi. "Anggap saja buat jaga-jaga kalau harga kebutuhan pokok makin melonjak," ucapnya.

Oleh Nora Azizah, Qommarria Rostanti  ed: Endah Hapsari

***

Kurangi Pengeluaran atau Tambah Penghasilan

Harga sejumlah bahan pokok meroket pascakenaikan bahan bakar pada November 2014 lalu. Meski harga BBM sudah turun kembali, rupanya ini tidak berpengaruh pada beberapa harga pangan. Begitu pula dengan ongkos angkutan umum. Akibatnya, tentu kita harus memutar otak lagi untuk menyiasati pengeluaran.

Memangkas pengeluaran agar keuangan keluarga tetap stabil memang susah-susah gampang. Tetapi, bukan berarti tidak ada siasatnya. "Jurusnya sederhana saja," kata perencana keuangan Andy Nugroho. Tindakan yang harus dilakukan, yaitu mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan.

Bahan pangan melambung tinggi, namun digit angka penghasilan tak kunjung menggunung. Kondisi terjepit seperti ini mustahil bila tidak melakukan perubahan pola pikir. Ini tentunya harus dibarengi dengan tindakan nyata.

Bila ingin hidup sesuai dengan gaya hidup saat ini, maka harus menambah pemasukan dari kantong lain. Mengambil pekerjaan sampingan bisa menjadi pilihan. Syaratnya tidak boleh bertabrakan dengan pekerjaan utama. Banyak sekali yang bisa dilakukan, mulai dari memanfaatkan hobi atau bakat. Memulai bisnis kecil-kecilan bisa menjadi awal menambah pemasukan keuangan. Bagi perempuan, bisa menghasilkan rupiah dari asap dapur. Sekadar berbinis kue kering dalam stoples dirasa mampu menambah penghasilan walaupun sedikit. Jadikan teman sekantor sebagai target market penjualan. Pastinya akan berbuah manis.

Apabila merasa sanggup, mengurangi bujet pengeluaran tidak ada salahnya. Mungkin cara ini menjadi lebih sulit karena pengeluaran pasti terus bertambah. Terlebih bagi yang sudah memiliki anak. Bila sudah berbicara mengurangi pengeluaran pasti akan berlari ke arah pos hiburan dan konsumtif.

Mengurangi biaya gaya hidup tidak akan membuat dunia Anda seolah terbalik. Misalnya, biasanya pergi nonton di bioskop seminggu sekali, tak mengapa menjadi sebulan sekali. Atau mengurangi intensitas makan di mal juga bisa menghemat biaya sehingga dapat dialihkan ke pos lain yang lebih penting.

Rasanya tidak bijak bila harus membelanjakan tabungan investasi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. "Kegunaannya sangat penting untuk masa mendatang," ujar perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (M32) Financial and Business Advisory ini. Membeli produk investasi yang tidak memberatkan akan menjadi jalan keluar sebelum menghadapi masa sulit seperti ini.

Apabila ingin mengurangi porsi dana yang ditabung tidak masalah. Misalnya, biasanya menabung 30 persen dari penghasilan untuk investasi kemudian turun menjadi 20 persen. Kita masih bisa memiliki status keuangan sehat. Intinya, jangan sampai tidak menabung.

***

Lakukan Ini

Agar mudah menghadapi kenaikan harga, lakukan beberapa hal ini. Dan, yang terpenting adalah disiplin menerapkannya.

1. Begitu menerima gaji, langsung membuat pengaturan pengeluaran.

2. Pisahkan pos-pos penting, seperti biaya kebutuhan sehari-hari, tabungan anak, dan lain sebagainya.

3. Jangan lupakan cicilan utang (bila ada).

4. Kurangi melakukan kegiatan konsumtif.

5. Patuhi skema yang sudah dibuat, bila melanggar tandanya tidak menghargai diri sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement