REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Universitas Terbuka (UT) terus berupaya meningkatkan layanan kepada para mahasiswanya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan 23 negara. Salah satunya, dengan cara mendirikan Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT).
Pada awal 2015 ini, SALUT berdiri di tiga daerah, yakni Cirebon, Rangkas Bitung (Banten), dan Cibinong (Bogor). Peresmian pendirian SALUT itu rencananya akan dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara serta Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Muhammad Nassir, di Cirebon, Selasa (3/3).
"SALUT merupakan perpanjangan tangan layanan UT yang berada di kota/kabupaten cluster," ujar Pembantu Rektor IV UT, Mohamad Yunus.
Yunus menjelaskan, SALUT didirikan di luar area domisili kantor Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT), yang umumnya berada di ibu kota provinsi atau kota besar lainnya.
Adapun tujuannya, untuk mendekatkan dan memudahkan layanan pendidikan UT bagi mahasiswa khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Selain itu, meningkatkan penyediaan fasilitas yang dapat memudahkan perolehan akses dan pemerataan pendidikan tinggi serta peningkatan kualitas SDM Indonesia.
"Hal itu sesuai dengan motto UT, 'Making Higher Education Open to All',’’ tegas Yunus.
Rencananya, lanjut Yunus, pada 2015 ini akan didirikan 15 SALUT. Pendirian SALUT pun akan terus berlanjut hingga pada 2017 direncanakan akan berdiri sedikitnya 75 SALUT dan hingga 2020 menjadi 150 SALUT yang tersebar di seluruh kota/kabupaten di Indonesia.
Yunus menerangkan, fasilitas layanan dalam SALUT didukung dengan perangkat komputer, jaringan internet berkecepatan tinggi, dan perangkat lainnya. Semua itu bisa dimanfaatkan untuk berlatih mengoperasikan komputer dan internet, mengakses sumber belajar secara online, melakukan registrasi dan pemesanan/pengambilan bahan ajar, serta kegiatan belajar dan ujian secara online.
"Dalam operasionalisasi SALUT ini kami bekerja sama dengan PT Telkom dan PT Dwi Guna Cipta Nusantara (DGCN)," tutur Yunus.
Yunus menambahkan, pada 2014, mahasiswa aktif UT berjumlah 426.503 ribu. Menurutnya, keadaan mereka sangat heterogen, dengan lokasi tinggal yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan di 23 negara. Dengan kondisi seperti itu, maka persoalan aksesibilitas, kemudahan, dan keluasan daya jangkau layanan pendidikan menjadi tantangan besar bagi UT sebagai PTN dengan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ).
"SALUT diharapkan akan memperkokoh layanan dan fleksibilitas UT sebagai PTN dengan sistem PJJ, yang memungkinkan semua WNI dimana pun mereka berada dapat mengakses layanan pendidikan tinggi UT tanpa terkendala jarak dan waktu," tandas Yunus.