Ahad 11 Jan 2015 10:20 WIB

Universitas Swasta Mulai Lirik Program Studi Ekonomi Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
 Ribuan warga mengikuti jalan santai memeriahkan acara peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Ribuan warga mengikuti jalan santai memeriahkan acara peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkembangnya industri keuangan syariah baik di Indonesia membuat universitas melek akan peluang dan potensi besar dalam melahirkan tenaga keuangan syariah. Peluang ini juga yang dilihat Universitas Moestopo Beragama untuk membuka program studi ekonomi Islam.

Rektor Universitas Moestopo Beragama, Sunarto, menuturkan, pembukaan program studi ekonomi Islam sejalan dengan visi Universitas Moestopo menuju universitas yang unggul, profesional dan berintegritas dalam masyarakat Indonesia yang maju, demokratis, dan sejahtera berdasarkan Pancasila.

Penyelenggaraan program studi ekonomi Islam oleh perguruan tinggi sangat memungkinkan karena nomenklatur ekonomi Islam sudah ada di bawah Kementrian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi sudah ada.  ''Saya harap lulusan tidak hanya pandai dalam keuangan syariah secara teori dan praktik, tetapi mampu menerapkan nilai-nilai agama yang menjadi filosofi industri ini,'' kata Sunarto.

Informasi ini disambut baik oleh Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Nurul Huda. Ia mengungkapkan perguruan tinggi yang membuka program studi baru harus menerapkan kurikulum berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Ini berarti, tenaga ahli Indonesia mendapat penilaian kesetaraan dan pengakuan kualifikasi dengan negara lain.

Hal senada diungkapkan oleh Ketua Umum Korps Alumni  Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam (KA FoSSEI) Hendro Wibowo. Ia menilai ke depan, lulusan perguruan tinggi tidak hanya mempunyai ijazah formal dari kampus tapi harus ada ijazah pendamping seperti sertifikasi profesi. Ini penting agar para lulusan baru bisa masuk industri keuangan dengan proses adaptasi yang lebih mudah.

Dewan Penasehat Korps Alumni FoSSEI, Ali Sakti, mengatakan berdasarkan data Global Islamic Financial Report (GIFR), pada 2014 Indonesia berada posisi ke tujuh atau lima tingkat di bawah Malaysia yang berada di posisi ke dua untuk industri keuangan syariah. Sebab Malaysia sudah menjadikan keuangan syariah sebagai agenda nasional mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement