Jumat 09 Jan 2015 03:29 WIB

Riset dan Jurnal Indonesia Masih di Tingkat Terbawah di ASEAN

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Julkifli Marbun
Riset di Laboratorium (ilustrasi)
Riset di Laboratorium (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut International Labor Organisation (ILO),  pada 2015 angkatan kerja Indonesia sebesar 137,382 juta. Ini mewakili 40 persen dari angkatan kerja 10 negara ASEAN.

Namun walaupun Indonesia memiliki angkatan kerja terbesar di ASEAN tetapi tingkat pendidikan angkatan kerja masih terendah. Bahkan riset dan jurnal Indonesia masih tingkat terbawah di ASEAN.

Rektor UHAMKA, Profesor  Suyatno mengatakan, di ASEAN riset dan jurnal di Indonesia pada peringkat paling bawah. Terutama jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand.

"Dengan  Myanmar saja, riset dan publikasi jurnal  Indonesia kalah. Kalau dengan Vietnam ya hampir setara,"katanya di Jakarta, Kamis, (8/1).

Jadi,  ujar dia, memang peran pemerintah harus semakin diperbesar. Dalam arti,  peningkatan mutu pendidikan, terutama pendidikan tinggi termasuk riset dan publikasi jurnalnya.

Indonesia harus meningkatkan kualitas perguruan tinggi agar tidak semakin tertinggal dengan negara-negara tetangganya. Selain jumlah riset terapan harus diperbanyak, Informasi Teknologi (IT) juga harus diperbaiki, begitu pula  sistem informasi harus diperkuat.

"Pentingnya peningkatan IT dan sistem informasi berguna bagi riset. Sebab IT akan memberikan informasi yang banyak bagi para peneliti, selain itu juga penguatan IT mempermudah  peneliti untuk mempublikasikan jurnalnya melalui e-journal sehingga  akses perguruan tinggi semakin luas,"kata Suyatno.

Selama ini, terang dia, hasil riset dan penelitian di Indonesia hanya menumpuk-numpuk di perpustakaan. Tidak dipublikasikan secara luas melalui e-journal.

"Padahal negara-negara ASEAN lainnya sudah aktif mempublikasikan riset mereka melalui e-journal. Sekarang saatnya para peneliti Indonesia mempublikasikan hasil risetnya lewat e-journal agar hasilnya bisa diketahui publik maupun masyarakat internasional,"kata Suyatno.

Kalau jurnal banyak dipublikasikan lewat e-journal, maka jurnal ini bisa dipelajari oleh masyarakat internasional. Bisa juga diterapkan oleh perusahaan yang tertarik.

"Ini akan membuat peneliti kita diakui keilmuwannya di dunia internasional. Jangan biarkan hasil riset hanya teronggok dalam bentuk kertas, budayakan e-journal," katanya.

Sejumlah negara ASEAN yang maju risetnya antara lain Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indonesia masih  kalah dengan mereka.

"Sudah saatnya kita mengejar ketertinggalan di bidang riset dan penerbitan jurnal. Apalagi sekarang sudah mulai masuk persaingan global dengan ada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement