Kamis 08 Jan 2015 16:06 WIB

Ini Faktor Pencetus Mantan Pengguna Narkoba untuk Kambuh

 Kasat Narkoba Polres Jakarta Selatan AKBP Hando Wibowo (kiri) memperlihatkan tes urine musisi Fariz RM (kanan) saat gelar barang bukti narkoba di Satuan Narkoba Polres Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (6/1).  (Antara/Teresia May)
Kasat Narkoba Polres Jakarta Selatan AKBP Hando Wibowo (kiri) memperlihatkan tes urine musisi Fariz RM (kanan) saat gelar barang bukti narkoba di Satuan Narkoba Polres Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (6/1). (Antara/Teresia May)

REPUBLIKA.CO.ID, Risiko kambuh pada pasien pengguna narkoba sangat mungkin terjadi bila ia berada pada fase kecanduan. Beragam faktor pencetus kekambuhan juga berperan, salah satunya stigma negatif dari berbagai pihak termasuk keluarga.

"Kekambuhan itu sangat tinggi terjadi pada mereka yang sudah kecanduan. Artinya kecanduan, itu penggunaan dosisnya dia naik terus. Kemudian, kalau dia diberhentikan atau diturunkan, timbul gejala-gejala sakaw," ujar Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), dr. Diah Setia Utami, SpKJ, Ma, saat ditemui di kantornya, Kamis (8/1).

Stigma negatif, lanjutnya, kerapkali berasal dari keluarga pasien. "Misalnya, melalui perkataan-perkataan semacam, 'Kalau ada barang yang hilang di rumah, pasti dia'," kata dr Diah.

"Itu pemicu sehingga pasien akan kembali pakai narkoba. Pulih itu tidak segampang dibawa rehab langsung sembuh. Ada proses untuk pemulihan total," kata dia.

Stigma negatif lainnya adalah dari masyarakat. "Kalau masyarakat stigma negatifnya  kuat, pasien akan merasa seperti warga negara kelas dua. Itu juga bisa menjadi faktor pemicu kambuh narkoba," kata dia.

Dia mengatakan pasien yang ingin terlepas dari kecanduan harus benar-benar memantapkan diri dengan menguatkan kekuatan ego. "Kekuatan egonya, dijaga terus. Kalau dia menghadapi situasi (yang berat) dia harus bisa berespon positif," kata dia.

Hal lain adalah seberapa intensif pasien program rehabilitasi. "Kalau dia cuma detoks tiga minggu, ya dua tiga hari juga bisa pakai lagi. Tetapi kalau kita berikan rehab yang intensif, sesuai kebutuhan dia, ya Insya Allah dia bisa bertahan setahun atau dua tahun," kata dia.

Lebih lanjut dr. Diah mengatakan, masa rehabilitasi bagi setiap pasien berbeda-beda bergantung pada hal seperti adanya masalah psikososial, kejiwaan, dan sebagainya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement