Rabu 31 Dec 2014 23:06 WIB

Menteri Anies: Hanya 5 Persen Orang Indonesia Berpendidikan Tinggi

Rep: c14/ Red: Agung Sasongko
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan menyatakan selama ini Indonesia kurang optimal dalam menyikapi pendidikan secara serius. Hal ini pun berdampak pada rendahnya tingkat produktivitas orang Indonesia terkait teknologi tinggi.

Hal itu disampaikannya dalam ceramah Dzikir Nasional Republika 2014 di Masjid At-Tin, Jakarta, Rabu (31/12). Anies mencontohkan microphone. Anies menyebutkan, hampir pasti produk tersebut merupakan impor dari luar negeri.

“Sebanyak 53 persen penduduk Indonesia masih berpendidikan dasar. Hanya lima persen dari total penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi,” kata Anies Baswedan, Rabu (31/12) di Jakarta.

Selain itu, Anies juga menekankan, pendidikan yang rendah itu seyogianya tidak meminggirkan urgensi pendidikan non formal. Dalam hal ini, kata Anies, keluarga memegang peranan penting dalam membentuk perilaku anak-anak bangsa. Anies menyampaikan hal itu dengan istilah pendidikan profetik.

“Gagasan ini pertama kali dimunculkan Kuntowijoyo. Istilah lainnya, pendidikan nabawi,” ujar Anies Baswedan, Rabu (31/12).

Anies menambahkan, pendidikan nabawi ialah berusaha menghasilkan anak didik yang berakhlak mulia. Ini selaras dengan tugas kenabian Rasulullah SAW. Sebab, Nabi SAW diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan akhlak.

Dalam hal ini, peran terpenting, kata Anies, bukan terutama pada instansi sekolah. Meskipun, ketika membicarakan perihal pendidikan, yang kerap muncul dalam benak umum ialah sekolah. “Pendidik terpenting ialah orang tua. Dan orang tua di Indonesia ialah pendidik yang paling tak tersiapkan,” ujar Anies, tegas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement