Ahad 14 Dec 2014 17:28 WIB

Daftarkan 'Atlet Bodong', KONI Surabaya Mengelak

Rep: c54/ Red: Israr Itah
Logo KONI
Foto: blogspot.com
Logo KONI

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Kasus dugaan perekrutan 'atlet-atlet bodong' cabang olahraga (cabor) atletik di Surabaya ditampik Plt Ketua Umum KONI Surabaya Sunardi. Ia mengatakan atlet yang didaftarkan sudah sesuai mekanisme seleksi seleksi program pembinaan atlet.

Pihak induk cabor menyerahkan nama-nama atlet untuk mendapatkan persetujuan KONI. Berbekal keputusan KONI, menurut Sunardi, nama-nama tersebut didaftarkan induk cabor ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya agar memperoleh fasilitas pembinaan atlet.

KONI, kata Sunardi, melakukan verifikasi terlebih dahulu. “Salah satu dasar yang digunakan, para atlet yang didaftarkan harus berprestasi di ajang-ajang, termasuk yang diselenggarakan KONI, yaitu KONI Cup,” ujar Sunardi kepada ROL, Ahad (14/12).

Pengakuan Sunardi bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Dari tabulasi data yang disajikan Forum Pencinta Atletik Surabaya, diketahui banyak atlet yang sama sekali tidak berprestasi lolos menjadi peserta program pelatihan atlet remaja Puslatcab dan Siap Grakk. Setidaknya ada empat nama atlet yang tidak pernah juara sama sekali, bahkan hanya sekali saja mengikuti satu kejuaraan.

Pegiat Forum Pencinta Atletik Surabaya Yuliati Umrah menyampaikan, dari 32 atlet yang dipilih mendapatkan program pembinaan, 20 nama dianggap tidak layak. Termasuk satu nama atlet yang sudah pindah membela kabupaten lain. Menurut Yuli, pihaknya yakin bahwa 20 nama atlet tersebut tidak cukup layak, karena banyak atlet-atlet muda lainnya yang jauh lebih berhak.

Yuli yang juga pengasuk klub atletik Troy menggambarkan, klubnya mendaftarkan empat orang atlet, yang masing-masing menjuarai berbagai kompetisi, baik di tingkat kota dan provinsi. Empat orang atlet, tersebut, menurut Yuli, bahkan jauh baik prestasinya dibandingkan dengan beberapa nama atlet yang masuk dalam daftar.  

Selain empat orang atletnya, menurut Yuli, mash banyak atlet dariklub lain yang jauh lebih layak. “Kami bukannya iri anak didik kami tidak dimasukan, tapi ini tidak adil,” ujar Yuli kepada, ROL, Sabtu (13/12).

Menurut Yuli, praktik perekrutan atlet asal-asalan seperti itu telah berlangsung lama. Yuli mengklaim ini terjadi di induk cabor lain, bukan hanya PASI. Yuli menduga telah terjadi persekongkolan di dalam tubuh Pengcab PASI Surabaya.

Menurut Yuli, dia semakin geram dan berani membuka kasus tersebut ketika mengingat anak-anak asuhnya diperlakukan tidak adil. Menurut dia, atlet-atlet berprestasi yang ia bina berasal dari kalangan duafa, mulai dari anak pengemis, pemulung, tukang koran, atau tukang becak.  

Kepala Bagian Prestasi Dispora Surabaya Edi Santoso menyampaikan, pihaknya hanya menerima nama-nama yang diusulkan PASI dan KONI. Menurut Edi, pihaknya hanya menyalurkan dana pembinaan untuk atlet-atlet yang diajukan. Akibat adanya keberatan atas atlet-atlet peserta pembinaan di cabang atletik, menurut Edi, pihak Dispora sejak Juli lalu telah menghentikan sementara dana pembinaan untuk mereka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement