Jumat 12 Dec 2014 18:01 WIB

Pesantren Ahad bagi Mahasiswa Baru

Rep: Djoko Suceno/ Red: Damanhuri Zuhri
Suasana kegiatan santri di salah satu pondok pesantren.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Suasana kegiatan santri di salah satu pondok pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kuliah di Politeknik Al Islam Bandung, tak hanya menuntut ilmu bidang kesehatan saja. Bagi mahasiswa baru di kampus ini, diwajibkan mengikuti kegiatan pesatren Ahad.

Kegiatan yang diselenggarakan Ahad pagi ini, dimaksudkan untuk meningkatkan ketaqwaan mahasiswa di kampus ini.

‘’Pesantren Ahad ini wajib bagi mahasiswa baru. Untuk tahun ajaran ini ada sebanyak 134 mahasiswa,’’kata Humas Politeknik Al Islam, Andi Ahmad.

Selain pesantren Ahad, lanjut Andi, program lainnya yaitu mentoring. Baik pesantren maupun mentoring, kata dia, diselenggarakan di kampus tersebut. Para pembimbing kegiatan tersebut, yaitu dosen dan para ustaz serta ustazah.

Dalam kegiatan tersebut, kata dia, materi yang dibahas seputar keislaman. ‘’Membahas Alquran dan hadis serta persoalan kesehatan yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam,’’ujar dia.

Dikatakan Andi, kegiatan ini sudah lama dilakukan. Sebelumnya, kata dia, kampus ini berada satu komplek dengan Rumah Sakit Al Islam di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Namun sejak tahun 2010, Politeknik Al Islam memiliki kampus sendiri.

Kampus dengan tiga lantai ini, imbuh dia, memiliki sembilan ruang kelas dan sejumlah ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktik. ‘’Untuk kegiatan pesantren digelar di aula kampus ini,’’kata dia.

Muhammad Iqbal Fitriansyah, salah seorang peserta pesantren tersebut mengaku kegiatan tersebut sangat piositif dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mahasiswa. Kegiatan tersebut, kata Iqbal, dilakukan pada Ahad sehingga mahasiswa bisa mengikutinya.

‘’pembicaranya ada dosen dari kampus ini. dan ada juga mendatangkan pembicara dari luar seperti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung,’’kata  anak kedua dari empat bersaudara ini.

Menurut Iqbal bagi mahasiswa di kampus ini menuntut ilmu agama sama pentingnya dengan menuntut ilmu kesehatan. Bahkan, kata dia, kedua ilmu ini harus saling sinergi. Jika kedua ilmu ini disatukan, maka mahasiswa yang menuntut ilmu ini akan menjadi lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat. ‘’Kemampuan ilmu kesehatan harus ditunjang dengan ilmu agama Islam,’’ ujar Iqbal menambahkan.

Djoko Suceno

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement