Selasa 11 Nov 2014 18:32 WIB

Masuk SLB Saja Antre

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Djibril Muhammad
Siswa Tuna Rungu mengikuti lomba menggambar tingkat SLb Se-Jakarta Timur di Gedung Serba Guna 3 Asrama Haji, Jakarta Timur, Rabu (23/4).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Siswa Tuna Rungu mengikuti lomba menggambar tingkat SLb Se-Jakarta Timur di Gedung Serba Guna 3 Asrama Haji, Jakarta Timur, Rabu (23/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno listyarti mengatakan, jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah anak yang membutuhkan.

Akibatnya masih ada anak-anak difabel yang belum mendapatkan pendidikan di SLB padahal mereka punyak hak yang sama di bidang pendidikan.

"Pengalaman teman saya, anaknya ada yang berkebutuhan khusus harus masuk SLB. Namun karena gurunya kurang, anaknya harus mengantre selama satu tahun untuk bisa masuk SLB," kata Retno di Jakarta, Selasa, (11/11).

Padahal anak tersebut usianya sudah delapan tahun, usia sudah agak tua untuk masuk SDLB. Namun karena tidak ada pilihan lain, terpaksa ibunya menunggu sampai bisa masuk.

Setelah kakak kelas di sekolah SDLB tersebut lulus, baru si anak bisa masuk ke SDLB. "Ini salah satu potret susahnya masuk SLB di Jakarta," kata Retno.

Sebenarnya secara kualitas SLB di DKI Jakarta sudah memadai. Tambahan tunjangan daerah untuk guru SDLB di Jakarta juga jauh lebih banyak dibandingkan dari guru di sekolah biasa.

"Namun memang secara kuantitas SLB ini masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan. Harus ada penambahan SLB serta guru-gurunya," kata Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement