Senin 13 Oct 2014 17:03 WIB

Memaafkan Tragedi Bom Bali

Red:

Jarum jam terus berputar, dari detik dan menit terus bergerak hingga tak terasa duka dan jeritan derita tragedi kemanusiaan bom Bali yang merenggut 202 korban tewas dari 20 negara telah berlalu 12 tahun silam. Ledakan dahsyat di kawasan Legian, Kuta, Kabupaten Badung, meluluhlantakkan Sari Club dan Paddy's Club pada malam hari, 12 Oktober 2002, yang  mengakibatkan lebih dari 350 orang mengalami luka-luka, termasuk cacat tetap.

Meskipun peristiwa tragis itu tidak lagi diperingati secara khusus seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi keluarga korban dan wisatawan mancanegara mengenang peristiwa itu dengan doa dan tabur bunga di depan altar monumen tragedi kemanusiaan di Legian, Ahad (12/10).

Perwakilan keluarga korban yang diiringi Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Konsul Konsulat Jenderal Australia Majell Hind, Wakil Bupati Badung I Made Sudiana, dan salah seorang relawan Bom Bali Haji Agus Bambang Priyanto berdoa sejenak di altar dan meletakkan karangan bunga.

Kawasan Legian yang sehari-hari ramai dengan hilir-mudik wisatawan, sejenak hening dalam kesunyian untuk mengenang kepergian ratusan orang tak berdosa dalam tragedi kemanusiaan tersebut. Ketua Yayasan Istri dan Anak-anak Korban Bom Bali I (Isana Dewata) Ni Luh Erniati mengatakan, peringatan ini bukan untuk mengenang, melainkan mengingatkan masyarakat, pemerintah dan dunia bahwa tepat hari ini terjadi tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan hingga kini dampaknya masih dirasakan.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang mengendalikan Pulau Dewata selama dua periode (2008-2013 dan 2013-2018) mengajak semua pihak termasuk keluarga korban untuk memaafkan dan tidak memendam dendam dan amarah. Peringatan kali ini bukan untuk membangkitkan amarah, melainkan untuk memaafkan, meskipun peristiwa itu memang ini sangat sulit dilupakan. Untuk itu, semua elemen masyarakat hendaknya ikut bersama menjalin perdamaian dan menjaga keamanan Pulau Dewata.

"Apa pun agama, warna kulit, dan profesinya, mari jaga perdamaian," harap Mangku Pastika yang juga mantan ketua Tim Investigasi Bom Bali I dan mantan kepala Polda Bali ini.

Relawan Bom Bali Haji Agus Bambang Priyanto mengatakan, ajakan Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk memaafkan serta tidak memendam dendam dan amarah terhadap pelaku bom Bali 12 tahun silam itu karena sudah dihukum mati. Sedangkan, sisanya menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan (lapas) sesuai keputusan majelis hakim.

Memang sulit melupakan tragedi kemanusiaan yang masih ada korban dalam kondisi cacat, istri maupun suami dari korban yang masih hidup. "Jangankan bom Bali 12 tahun yang lalu, Perang Dunia I sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918 sulit dilupakan akibat banyaknya korban dan penderitaan yang melibatkan banyak orang," tutur Haji Agus Bambang Priyanto.

Pria enerjik pensiunan pegawai negeri yang kini mengabdikan dirinya dalam kegiatan sosial melalui Palang Merah Indonesia (PMI) Bali ini memang tidak bisa melupakan pristiwa itu dalam hidupnya.

Oleh sebab itu, setiap 12 Oktober akan selalu menyempatkan diri untuk berdoa, menaburkan bunga, dan meletakkan karangan bunga di Monumen Ground Zero di Legian, Kuta, tugu yang memuat nama-nama korban bom Bali 12 tahun silam tragedi kemanusiaan itu.

Haji Bambang mengenang pengalaman yang tidak pernah dilupakan saat berada di tempat kejadian peristiwa 12 tahun silam adalah banyak menerima keluarga korban, bahkan tujuh orang keluarga korban asal Bali masing-masing menyodorkan kain putih (kain kasa) meminta bisa diambilkan tanah di lokasi bom yang menurutnya tanah itu dianggapnya sebagai jasad keluarganya yang meninggal itu. n antara ed: muhammad fakhruddin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement