Jumat 10 Oct 2014 13:00 WIB

Harga Barang Diprediksi Melonjak pada November

Red:

JAKARTA — Harga-harga barang pada November diprediksikan mengalami kenaikan. Hasil survei penjual eceran yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada Agustus memperlihatkan kenaikan harga barang ini tertolong oleh daya beli masyarakat yang masih tinggi.

Berdasarkan survei tersebut, tekanan harga pada November akan meningkat. Indikasinya terlihat dari indeks ekspektasi harga (IEH) pada November yang meningkat 21,6 poin menjadi 152. Meningkatnya ekspektasi harga didorong oleh adanya kekhawatiran terkait kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan kenaikan harga barang dari distributor.

Kendati demikian, daya beli masyarakat masih akan tinggi. Pertumbuhan penjualan riil pada November diperkirakan meningkat. Hal ini terlihat dari nilai saldo bersih terhadap ekspektasi penjualan yang sebesar 142,4, meningkat 13,7 poin dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan dipengaruhi oleh tingginya permintaan dan daya beli masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru.

Peningkatan ekspektasi penjualan pada November lebih tinggi dibandingkan Juli lalu ketika terdapat Hari Raya Idul Fitri. Ekpektasi penjualan pada Juli sebesar 141,3. Pada saat yang sama, ekspektasi harga pada Juli juga tercatat meningkat, yakni sebesar 151,6.

Sementara itu, daya beli diprediksikan akan menurun pada Februari tahun depan. Nilai saldo bersih terhadap ekspektasi penjualan pada Februari 2015 sebesar 125,5. Angka tersebut menurun empat poin dari bulan sebelumnya. Ekspektasi terhadap penurunan penjualan riil disebabkan oeh menurunnya permintaan dan daya beli masyarakat.

Sejalan dengan menurunnya daya beli masyarakat, ekspektasi harga pada Februari pun turun menjadi 135,1. Penurunan ekspektasi harga juga diprediksikan dipengaruhi oleh lancarnya distribusi barang.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Koordinator Asosiasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Noke Kiroyan, menuturkan, para pengusaha belum mewacanakan untuk menaikkan harga produk. Meski, menurutnya, pelemahan nilai rupiah berpengaruh besar terhadap dunia usaha dan suhu perpolitikan Tanah Air belum cooling down.

Menaikkan harga produk saat kondisi seperti ini dinilai Noke masih sangat prematur. Pasalnya, nilai mata uang akan mengalami fluktuasi. "Nilai rupiah kita itu ditentukan oleh ekonomi dunia dan perpolitikan Tanah Air. Kalau keduanya membaik, mudah-mudahan rupiah kembali menguat," ujarnya di Jakarta, Kamis (9/10).

Para pengusaha, ia melanjutkan, tidak akan membahas soal kenaikan harga terlebih dulu. "Justru, yang terjadi saat ini bagaimana mencari upaya untuk meningkatkan produktivitas di tengah-tengah lesunya perekonomian dunia," kata Noke.

rep:satya festiani/ita nina winarsih ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement